Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan inflasi pangan yang terjadi saat ini perlu diwaspadai. Hal ini mengingat, inflasi volatile food Indonesia berada pada level yang relatif tinggi yaitu 7,22 persen (yoy).

"Volatile food pangan masih 7,27 persen jadi concern bersama," ujar Susiwijono saat menghadiri CNBC Indonesia Economic Outlook 2024, di Jakarta, Kamis 29 Februari 2024.

Susiwijono menyampaikan inflasi pangan Indonesia berasa di atas Inggris 7 persen, Korea Selatan 5,9 persen, dan Italia 5,8 persen. Selain itu di antara anggota G20 lainnya, inflasi pangan Indonesia mendekati Meksiko dengan 7,28 persen.

Menurut Susiwijono negara anggota G20 dengan inflasi pangan terbesar yaitu Argentina dengan 296,2 persen dan Turki 69,71 persen. Sementara itu, Susi menyampaikan inflasi umum Indonesia masih terkendali di 2,57 persen.

"Kalau kita lihat inflasi umum kita jauh lebih rendah dibandingkan negara G20, indo dengan angka 2,57 persen masih jauh lebih rendah dibandingkan anggota G20 lainnya," ucapnya.

Susiwijono menambahkan posisi inflasi umum Indonesia berada di posisi ke 17 dan berada di bawah Singapura,Jerman dan wilayah Eropa.

Selain itu, kewaspadaan terhadap inflasi pangan juga disampaikan oleh Deputi Gubernur BI Juda Agung yang turut mewaspadai inflasi pada komoditas seperti beras, cabai merah, dan bawang putih.

“Core-nya kami sudah nyaman, tapi volatile food kita harus waspadai bersama terutama beras, yang musiman cabai, bawang. Terutama beras karena memberi dampak signifikan terhadap daya beli masyarakat,” ucapnya.

Sebagai informasi, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI edisi Februari 2024, BI mencatat inflasi volatile food meningkat 7,22 persen (yoy) terutama komoditas beras dan bawang yang disebabkan karena dampak El-Nino, faktor musiman, dan bergesernya musim tanam.

Sementara, inflasi inti turun dari 1,80 persen pada Desember 2023 menjadi 1,68 persen pada Januari 2024 disebabkan oleh imported inflation yang rendah sejalan dengan stabilnya nilai tukar rupiah dan Inflasi administered prices relatif stabil sebesar 1,74 persen (yoy).