JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyelenggarakan kegiatan CEO Forum Tahun 2024 yang mengangkat tema Boosting Investment for Massive Exploration & Future Growth in Indonesia Upstream Oil and Gas.
Pada acara tersebut, Kepala SKK Migas dan seluruh CEO KKKS juga menandatangani kesepakatan komitmen pelaksanaan WP&B tahun 2024.
Kesepakatan tersebut menegaskan bahwa KKKS berkomitmen melaksanakan WP&B Tahun 2024 dengan pendekatan yang agresif, efisien, dan sesuai jadwal.
Dalam dokumen tersebut, disebutkan juga bahwa SKK Migas akan memberikan dukungan maksimal kepada KKKS dalam pelaksanaan seluruh WP&B Tahun 2024.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menyampaikan pada tahun 2023, komitmen bersama antara SKK Migas bersama KKKS menghasilkan investasi hulu migas di Indonesia pada tahun 2023 sebesar 13,7 miliar dolar AS yang merupakan investasi tertinggi yang dicapai dalam industri hulu migas di Indonesia dalam tujuh tahun terakhir.
"Capaian ini juga 13 persen lebih tinggi dari investasi hulu migas pada tahun 2022 dan dua kali lipat tren investasi hulu migas global yang sebesar 6,5 persen. Lebih dari itu, capaian Ini juga 6 persen lebih tinggi dari target kami dalam long term plan 2030."
BACA JUGA:
"Hasil luar biasa ini tidak akan tercapai tanpa upaya kolektif kita dalam mengatasi tantangan industri dan kolaborasi antara pemangku kepentingan. Kami berharap agar tren positif ini dapat dicapai kembali pada tahun 2024 ini," ujar Dwi pada Sabtu, 3 Februari 2024.
Dwi lebih lanjut mengungkapkan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa industri hulu migas di Indonesia telah berkembang ialah peningkatan dalam aktivitas pengeboran dan proyek-proyek yang onstream.
Realisasi pengeboran sumur pengembangan berhasil mencapai angka tertinggi dalam delapan tahun terakhir dengan 799 sumur dibor pada 2023.
"Selama enam tahun terakhir, kita juga berhasil mencapai Reserves Replacement Ratio (RRR) lebih dari 100 persen, melalui persetujuan 30-40 POD/OPL/OPLL setiap tahun. Capaian RRR pada 2023 adalah 123,5 persen dan untuk tahun 2024 RRR ditargetkan mencapai 166 persen. Ini menunjukkan perkembangan berkelanjutan dari industri hulu migas Indonesia," tutur Dwi.
Dwi juga menjelaskan saat ini hulu migas memiliki lima proyek strategis nasional yang sedang berlangsung dengan total nilai investasi 45,09 miliar dolar AS. Selain itu, hingga 2029 akan ada 95 proyek minyak dan gas dengan total capital expenditure sebesar 3,28 miliar dolar AS.
"Untuk tahun 2024, ditargetkan 15 proyek akan beroperasi yang akan meningkatkan kapasitas produksi sebesar 41.922 BOPD (barel minyak per hari) dan 324 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) gas."
"Produksi tambahan dari proyek-proyek tersebut sangat penting dalam memenuhi target tahun ini. Karena itu, penting untuk tidak menunda penyelesaian proyek-proyek tersebut," ujar Dwi.
Terkait kegiatan eksplorasi, Dwi menekankan agar SKK Migas bersama KKKS ke depan melakukan strategi peningkatan aktivitas eksplorasi, termasuk mengubah target eksplorasi dari kecil-menengah menjadi menengah-besar, serta fokus pada pengembangan peluang migas nonkonvensional.
"Berdasarkan strategi tersebut, saya meminta komitmen KKKS agar kegiatan dan investasi dalam eksplorasi dapat berjalan dengan agresif. Semoga kita dapat menemukan cadangan besar lagi, terutama di wilayah laut dalam," ungkapnya.
Pada 2023, SKK Migas bersama KKKS berhasil melakukan pengeboran eksplorasi terbanyak sejak tahun 2017 dengan jumlah 38 sumur. Pada 2024, target pengeboran sumur eksplorasi ialah 48 sumur atau peningkatan sebesar 171 persen sejak 2020.
Peningkatan aktivitas ini juga tecermin dalam peningkatan investasi eksplorasi.
"Kita berhasil kembali ke dalam peta industri hulu migas global melalui dua penemuan besar di dunia, yaitu Geng North dan Layaran. Ini adalah penemuan terbesar di Indonesia sejak penemuan Lapangan Abadi pada 2000."
"Kita harus memaksimalkan momentum ini dengan mengeksplorasi lebih banyak peluang dan mengubahnya menjadi produksi yang akan bermanfaat bagi investor dan ekonomi Indonesia," kata Dwi.
Dwi mengatakan bahwa tantangan terbesar dalam mencapai target produksi minyak saat ini ialah KKKS masih fokus dalam mempertahankan penurunan alamiah dari lapangan yang ada. Sedangkan untuk mengubah cadangan menjadi produksi juga terkendala oleh masalah POD mangkrak dan proyek yang tertunda.
"SKK Migas membutuhkan komitmen KKKS untuk melaksanakan POD dan menyelesaikan proyek tepat waktu. Sedangkan untuk gas, kami juga perlu mengatasi tantangan berupa keterlambatan proyek dan serapan yang dari pembeli," pungkas Dwi.