Neraca Perdagangan Surplus, AS dan India jadi Negara Penyumbang Terbesar
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan sepanjang tahun 2023, surplus neraca perdagangan internasional Indonesia secara agregat mencapai 36,93 miliar dolar AS dan melanjutkan tren surplus dalam 4 tahun terakhir.

Adapun performa impresif neraca perdagangan tidak terlepas dari terjaganya kinerja ekspor Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global, fluktuasi harga komoditas, dan gejolak geo-politik yang mewarnai tahun 2023.

Airlangga menyampaikan kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mencapai 258,82 miliar dolar AS, masih lebih tinggi dari nilai impor sebesar 221,89 miliar dolar AS.

Di sisi lain, India dan Amerika Serikat menjadi 2 negara penyumbang surplus terbesar untuk tahun 2023 dengan nilai surplus masing-masing sebesar 14,51 miliar dolar AS dan 14,01 miliar dolar AS.

Airlangga menyampaikan Indonesia bahkan berhasil mematahkan konsistensi defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok sejak tahun 2008 dan berhasil mencatatkan surplus sebesar 2,06 miliar dolar AS untuk tahun 2023.

Ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk tahun 2023 mencapai 64,94 miliar dolar AS dengan komoditas utama ekspor yakni besi dan baja, batu bara, kelapa sawit, dan produk nikel.

Selama periode Januari hingga November 2023, ekspor produk nikel Indonesia mampu mencetak rekor tertingginya sebesar 4,5 miliar dolar AS seiring gencarnya kebijakan hilirisasi yang dilakukan Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.

“Kinerja perdagangan juga baik dari segi ekspor positif terus. Bahkan kita positif dengan Tiongkok. Nah, ini tentunya akibat daripada kebijakan hilirisasi. Dan kita tidak membayangkan bahwa kita pada titik di 2023 kita bisa positif dengan Tiongkok," ujar Airlangga dalam keterangan resminya Kamis 18 Januari.

Menurut Airlangga, Indonesia positif dengan hampir seluruh mitra dagang, seperti dengan Eropa, dengan India, dengan Amerika. Sehingga tentu ini merupakan kunci daripada kekuatan perekonomian Tanah Air.

Di sisi lain, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan pada bulan Desember 2023 dengan nilai yang mencapai 3,31 miliar dolar AS.

Angka tersebut merupakan tren surplus sejak Mei 2020 atau telah berlangsung selama 44 bulan berturut-turut.

"Raihan tersebut mencerminkan ketahanan eksternal yang terjaga di tengah pelambatan perekonomian global," tuturnya.

Airlangga menyampaikan salah satu implementasi komitmen Pemerintah untuk mendorong kinerja ekspor nasional tersebut yakni melalui upaya diversifikasi produk ekspor agar tidak hanya dalam bentuk komoditas melainkan juga produk manufaktur.

Menurut dia, ekspor tidak hanya mengandalkan komoditas primer seperti batu bara, kelapa sawit, besi, baja, namun juga barang-barang manufaktur seperti kendaraan bermotor dan peralatan elektronik.

Hilirisasi menjadi salah satu kunci percepatan sektor industri dan ekspor tersebut, untuk itu Pemerintah fokus pada penciptaan nilai tambah pada komoditas sumber daya alam seperti bauksit, timah, dan nikel.

Pemerintah telah menyediakan infrastruktur, insentif fiskal, dan lingkungan bisnis industri yang kondusif untuk mendukung industri hilir.

Investasi smelter telah memperlihatkan kemampuannya untuk mendorong ekspor dan meningkatkan pendapatan nasional.

Selanjutnya, upaya pemerintah dalam meningkatkan nilai tambah tersebut tidak hanya memacu kinerja ekspor, namun juga menciptakan lapangan pekerjaan, dan menjaga resiliensi perekonomian.

Ke depan, pemerintah juga akan melakukan ekspansi pada ekosistem yang lebih luas seperti pembuatan kendaraan listrik dalam negeri terutama pada produksi baterai.

Terkait