Bagikan:

JAKARTA –  Pemerintah berjanji akan melanjutkan program bantuan pangan berupa beras 10 kilogram (kg) yang awalnya hingga bulan Maret menjadi sampai Juni 2024 mendatang.

Lantas, apakah stok cadangan beras pemerintah (CBP) cukup?

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi saat mendampingi Kepala Negara menjamin stok CBP untuk pelaksanaan bantuan pangan beras tahun 2024 mencukupi.

Menurut Arief, penguatan stok CBP secara konstan penting dilakukan mengiringi pelaksanaan program-program penyaluran yang tengah digencarkan pemerintah.

Sekadar informasi, sampai 29 Desember 2023, penggelontoran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) mencapai 2.761.856 ton. Dari total tersebut, penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 1.182.717 ton dan bantuan pangan beras tahap kedua September-Desember 848.696 ton.

Kemudian, bantuan pangan beras tahap pertama di tahun 2023 lalu 640.590 ton, golongan anggaran 87.551 ton, dan tanggap darurat 2.302 ton.

“Beras di Bulog hari ini ada 1,4 juta ton. Ini bergerak terus, karena kita ada program-program penyaluran. Kemarin pun ada sedikit lag (keterlambatan) 2 bulan produksi karena dampak iklim El Nino,” ungkap Arief dalam keterangan resmi, Kamis, 4 Januari.

“Kami bersama Bulog selalu memastikan stok CBP secured dan cukup, terutama untuk pelaksanaan bantuan pangan beras tahun 2024 ini. Satu tahapan selama tiga bulan itu membutuhkan beras sekitar 660.000 kg,” sambungnya.

Lebih lanjut, Arief mengatakan jaminan ketersediaan stok pangan juga dipersiapkan menjelang Pemilu 2024 di Februari dan Idulfitri April di tahun ini.

“Bantuan pangan seperti ini akan terus digelontorkan pemerintah sebagai bantalan ekonomi dan pengungkit daya beli masyarakat,” ucapnya.

Selain sebagai bantalan ekonomi, Arief menerangkan adanya andil program bantuan pangan beras terhadap pergerakan inflasi nasional, terutama inflasi beras. Ia mengatakan penggelontoran bantuan pangan beras juga dapat menekan harga pasar dan mengendalikan inflasi beras itu sendiri.

“Pada 2023 lalu, kita mulai luncurkan bantuan pangan beras tahap pertama sampai Juli. Pergerakan inflasi beras cukup terkendali dan bahkan di Juli deflasi 0,02 persen. Namun Agustus dan September inflasi beras mulai naik. September itu inflasi beras mencapai 5,61 persen,” terang Arief.

Menurut Arief, tingginya inflasi beras di September disebabkan berkurangnya pasokan dan penurunan produksi akibat dampak El Nino.

Sesuai arahan Presiden Jokowi, maka akan disikapi dengan pengguliran kembali bantuan pangan beras.

“Ini kemudian terbukti dapat terus mengendalikan inflasi beras secara bulanan,” tandasnya.

Sementara itu, Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, pihaknya berkomitmen menyerap produksi dalam negeri di tahun ini. Ia juga mengungkapkan Bulog juga berfokus pada penyiapan stok untuk bantuan pangan beras tahun 2024 sampai Juni mendatang.

“Tadi Bapak Menteri Pertanian mengatakan mulai akhir Maret dan April, itu sudah mulai panen. Jadi Bulog akan menyerap dari dalam negeri. Kami di Bulog sudah diperintahkan untuk menyiapkan menyalurkan (bantuan pangan beras) dalam 6 bulan. Jadi apapun nanti keputusan Bapak Presiden, barangnya sudah ada, stoknya ada, dan (kita) bisa dilakukan itu,” beber Bayu.