Bagikan:

JAKARTA - PT RMK Energy Tbk melaporkan telah memuat 798 tongkang dengan total volume 6,3 juta MT batu bara hingga September 2023 atau meningkat 14,5 persen yoy.

Pada periode yang sama, RMKE telah membongkar 3.521 kereta dengan total volume bongkar sebesar 9,2 juta MT batu bara atau meningkat sebesar 9,7 persen yoy.

Direktur Operasional Perseroan, William Saputra menyampaikan, kinerja operasional muat tongkang dan bongkaran kereta ini telah mencapai target tahun 2023 masing-masing sebesar 57,9 persen. dan 74,2 persen.

"Pada kinerja bulan September 2023, volume muat tongkang masih jauh di bawah volume bongkaran kereta karena hambatan operasional sehubungan dengan pemenuhan sanksi administrasi Perseroan ke KLHK, yang saat ini dalam proses finalisasi," ujarnya dalam keterangan kepada media, Kamis, 9 November.

Setelah proses finalisasi administrasi ini selesai, lanjut William, batu bara yang terhambat pada stockpile akan dapat dimuat ke tongkang sehingga Perseroan dapat mengejar ketertinggalan operasional yang sempat tertunda sejak bulan September 2023.

Dampak dari sanksi administrasi ini, pada bulan September 2023 volume bongkaran kereta dan muat tongkang turun masing sebesar 47,4 perse yoy dan 45,6 persen yoy.

"Namun pada periode 9 bulan di 2023, Perseroan masih membukukan pertumbuhan operasional yang baik," imbuh William.

Lebih jauh ia menambahkan, penggunaan bahan bakar meningkat sebesar 10,9 persen seiring dengan peningkatan volume angkutan batu bara, namun rasio penggunaan bahan bakar per MT batu bara tetap lebih efisien dari 0,91 liter per MT tahun lalu menjadi 0,88 liter per MT tahun ini atau lebih efisien sebesar 3,2 persen selama 9 bulan di tahun 2023.

Dari segmen penjualan batu bara, sampai dengan bulan September 2023, Perseroan telah menjual 1,7 juta MT batu bara atau menurun sebesar 7,2 perse yoy. Penurunan volume penjual batu bara ini juga terdampak oleh proses pemenuhan sanksi administrasi yang saat ini sedang difinalisasi oleh RMKE.

"Saat proses finalisasi administrasi ini selesai, maka batu bara yang terhambat pada stockpile akan dapat dijual dan Perseroan dapat mengejar ketertinggalan operasional yang sempat tertunda sejak bulan September 2023," pungkas William.