JAKARTA - Ketua The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) atau Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia Purwono Widodo mengatakan, Indonesia masih menjadi negara yang menarik untuk berinvestasi baja.
"Jadi, kalau kami bicara industri baja itu enggak bisa jangka pendek, jangka panjang. Jadi, secara jangka panjangnya itu ASEAN, terutama Indonesia masih menjadi negara yang sangat menarik untuk berinvestasi di dunia perbajaan," kata Purwono saat ditemui di Menara Kadin, Jakarta, Senin, 6 November.
Terlebih, kata Purwono, Indonesia sudah memiliki pabrik baja di Morowali, Sulawesi Selatan, dan Cilegon, Banten.
"Artinya, kami punya (dua pabrik baja besar) yang di Morowali itu, kemudian ada juga yang di Cilegon. Di Cilegon saja sudah ada dua (pabrik) yang mau meningkatkan (produktivitasnya). Jadi, jangka panjangnya seperti itu," ujarnya.
Oleh karena itu, dia bersama negara ASEAN meminta kepada negara-negara lain, terutama China, untuk melakukan investasinya secara langsung.
Sebab, permintaan industri baja di Indonesia masih sangat rendah yakni, sekitar 16 juta ton per tahun. Padahal, untuk mencapai target Indonesia Emas 2045, lanjut Purwono, pihaknya menargetkan permintaan sektor baja mencapai 100 juta ton.
"Kalau kami lihat cita-cita Indonesia Emas di 2045, hitungan teman-teman di sekretariat IISIA itu kami harusnya sudah memenuhi kapasitas nantinya di 2045 itu sekitar 100 juta ton per tahun, sedangkan yang sekarang ini pengembangan industri baja baru 16 juta," tutur Purwono.
BACA JUGA:
"Bayangkan, bagaimana kami harus memacu pengembangan industri baja dari 16 juta yang sekarang ini menjadi demand 100 juta di 2045. Kan, tidak lama itu," tambahnya.
Sehingga, Purwono menyebut, industri baja Indonesia untuk jangan panjang masih sangat menarik dan dia juga meminta dukungan pemerintah untuk membantu menaikkan kapasitas produksi industri tersebut.