JAKARTA - Nilai ekspor produk LNG Indonesia dan Gas Pipa Indonesia di pasar dunia terus meningkat setelah pandemi COVID-19 tahun 2020.
Pada 2022, tercatat nilai ekspor LNG Indonesia secara total mencapai 6,6 miliar dolar AS atau naik dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,6 miliar dolar AS.
Sedangkan nilai Ekspor Gas melalui Pipa Indonesia pada 2022 meningkat menjadi 3,13 miliar dolar AS dibandingkan tahun 2021 dengan nilai 2,84 miliar dolar AS.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas bumi Tutuka Ariadji mengatakan, strategi Pemerintah saat ini adalah memenuhi kebutuhan gas dalam negeri dan menyeimbangkan dengan ekspor agar keekonomian tetap terjaga.
“Jadi kebutuhan dalam negeri terpenuhi, tapi keekonomian perusahaan, keekonomian lapangan itu juga terjaga. Yang menjamin keberlangsungan perusahaan itu atau keekonomian lapangan itu,” ujar Tutuka yang dikutip Kamis 2 November.
Ia merinci, beberapa negara tujuan ekspor seperti China, Korea, Jepang, Taipei, dan China terus menunjukkan konsistensi yang tinggi bahkan jumlah permintaanya terus meningkat.
China misalnya, sebagai negara yang paling besar kebutuhan energinya dibanding negara lain, sumber LNG tersebut paling banyak dipenuhi oleh Indonesia.
“Dan untuk Indonesia juga paling besar dia (China), ngambilnya. Kemudian untuk natural gas export by pipeline dengan pipa, itu ke Singapura, pertama ke Singapura, kemudian ke Malaysia. Tentunya ini sudah memasukkan total penerimaan yang cukup besar jadi nilai ekspor ini kira-kira 6,6 miliar naik dari 4,6 miliar di tahun 2021 ya, untuk tahun 2022, “ ungkap Tutuka.
Tutuka menjelaskan bahwa cadangan gas bumi Nasional sampai saat ini cukup besar yakni sebesar 54.830,40 BSCF atau 54,83 TSCF yang dinyatakan proven, probable dan possible (3 P) dari lapangan migas yang tersebar dari Sumatera, Jawa, Kalimantan Sulawesi hingga Papua.
Bahkan, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkannya dengan cara memberikan kemudahan dalam melakukan eksplorasi baik dari segi komunikasi, proses penguasaan wilayah kerja, pengelolaan wilayah kerja, dan insentif.
Optimisme temuan cadangan gas bumi tersebut juga diikuti dengan peningkatan volume pemanfaatan gas bumi domestik.
BACA JUGA:
Tutuka mengatakan, sampai dengan Agustus 2023, tercatat volume pemanfaatan gas bumi domestik mencapai 3,725 BBTUD. Di mana sejak tahun 2012 hingga saat ini, volume dan nilai pemanfaatan gas bumi untuk domestik lebih besar dibandingkan ekspornya.
“Jadi total produksi 5.446,90 BBTUD itu 68 persennya-nya untuk dalam negeri. Jadi suatu perkembangan yang menuju kemandirian baik energi maupun nasional,” jelas Tutuka.
Tutuka menjelaskan, saat ini pemanfaatan gas bumi terbesar adalah untuk sektor Industri yakni sebesar 28,52 persen, kemudian pupuk sebesar 12,62 persen, dan disusul Ketenagalistrikan sebesar 12,22 persen.
"Masih ada ruang untuk ekspor sebesar 23,43 persen dan Gas Pipa sebesar 8,18 persen," pungkas Tutuka.