Pasca Merger, Pelindo Ungkap Langkah Kurangi Emisi
Ilustrasi pelabuhan (Foto: dok antara)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo Arif Suhartono memaparkan langkah perusahaan dalam mengurangi emisi karbon dua tahun pasca merger.

Ia menjelaskan, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan transformasi layanan perusahaan.

Setelah merger pada tahun 2021, tugas utama Pelindo adalah melakukan transformasi layanan yang selama ini banyak terdapat disparitas antara layanan pelabuhan di Indonesia barat dan Indonesia Timur.

"Di internal, bagaimana pelindo memperbaiki kelancaran logistik adalah dengan memperpendek port stay dan cargo stay. Apa yang terjadi adalah turun port stay sampai 50 persen," ujarnya dalam CEO Forum, Senin 23 Oktober.

Ia menjelaskan, poert stay yang sebelumnya berlangsung 3 hari kini hanya berlangsung selama satu setengah hari yang mengakibatkan penurunan konsumsi energi kapal.

Lebih jauh memaparkan, pada saat kita aktifiktas bongkar muat kapal yang berlangsung selama 3 hari juga berimbas pada aktifnya semua sumber daya kapal termasuk konsumsi energi dan mesin kapal. Dengan mempersingkat port stay, penggunaan energi pun berkurang menjadi hanya sebesar sepertiga dari keseluruhan total konsumsi.

Hal kedua yang dilakukan Pelindo, lanjut Arif, adalah dengan mengganti sumber energi yang dikonsumsi oleh kapal selama bersandar di pelabuhan. Kapal-kapal yang sebelumnya mengunakan energi diesel mulai beralih menggunakan elektrifikasi yang sudah disediakan oleh PLN.

"Yang kita lakukan adalah melakukan shifting. Banyak alat-alat yang tadinya menggunakan energi diesel kita geser ke arah elektrifikasi. Jadi alat-alat bongkar muat kita rombak semuanya yang tentunya meskipun 60-70 persen berasal dari PLTU, tapi pastinya jauh lebih kecil daripada energi diesel yang kita gunakan," beber Arif.

Langkah ketiga yang dilakukan adalah menggant engine operation kapal dengan short connection energy dari PLN untuk menjawab kebutuhan listrik segmen kapal besar dan sedang untuk mengisi daya.

"Operation engine adalah engine-engine untuk menghidupkan operational seperti AC dan lain sebagainya itu kita dorong untuk di-shutdown dan menggunakan energi dari darat yang kita sebut short connection energy yang di provide oleh PLN sehingga akselerasi engine bisa dimatikan di pelabuhan yang tentunya dia tidak memproduksi emisi," urai Arif.

Sementara langkah terakhir yang dilakukan adalah mengembangkan penggunaan solar panel yang mulai dilakukan secara bertahap. Meskioun tidak besar, kapal akan menggunakan energi yang dihasilkan solar panel untuk penerangan kapal di siang hari.

"Kita juga secara bertahap akan mengetahui di sana, jadi atap-atap kita dorong. Kalau pun tidak perlukan baterai adalah energi yang pada siang hari bisa menggunakan dari solar panel ini adalah proses-proses yang sedang berjalan di Pelindo," pungkasnya.