Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan jurus Indonesia dalam mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).

Arifin menyebut pada tahun 2022, konsumsi bahan bakar Indonesia lebih dari 1.100 MBOE atau meningkat sekitar 30 persen dibandingkan tahun 2012, hal ini disebabkan oleh kuatnya permintaan dari sektor industri dan transportasi.

Sementara kebutuhan bahan bakar masih berasal dari impor yang terus meningkat.

Impor bensin meningkat dari sekitar 123 juta barel pada tahun 2015 menjadi 138 juta barel pada tahun 2022.

"Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor, serta untuk mencapai ketahanan energi nasional dan mendukung pembangunan berkelanjutan, pemerintah mempromosikan sumber energi lokal yang berkelanjutan dan mudah diakses, seperti biofuel," ujar Arifin dalam sambutannya pada Sustainable Mobility Etanol Talk 2023, Senin, 9 Oktober.

Ia menjelaskan jika penerapan program biofuel juga dimaksudkan untuk menurunkan emisi hingga 31,9 persen di bawah business as usual (BAU) pada tahun 2030, mendukung perekonomian dalam negeri yang berbasis pertanian, memenuhi target 23 persen pangsa energi terbarukan di Nasional.

Sementara itu, kata dia, pemerintah juga telah menetapkan program wajib pengembangan bahan bakar nabati melalui Peraturan Menteri pada tahun 2015.

"November 2022 lalu, Presiden Joko Widodo telah meluncurkan program bioetanol tebu untuk ketahanan energi di Mojokerto, Jawa Timur," kata dia.

Lebih jauh, ia menyampaikan, untuk mendukung keberlanjutan Mandat Bioetanol di masa depan, pemerintah telah menerbitkan Keputusan Presiden pada tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol untuk Bahan Bakar Nabati (Biofuel) serta melakukan kajian terhadap penggunaan berbagai bahan baku, khususnya non-pangan.

Karena terbatasnya bahan baku molasses dan juga konflik pangan, menurutnya, pemerintah mendorong pengembangan biofuel berbasis potensi lokal yang lebih layak dan akan menciptakan pasar baru bagi produk pertanian lokal.

"Hampir seluruh wilayah kami memiliki sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai bahan bakar bioetanol. Namun memerlukan kajian yang komprehensif untuk dapat dikembangkan secara komersial. Pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait saat ini sedang melakukan studi atau pilot project pengembangan bioetanol berbasis potensi lokal," ungkas Arifin.