JAKARTA - Kementerian Perdagangan memasang transaksi 11 miliar dolar AS dari rangkaian Trade Expo Indonesia ke-38 tahun 2023. Salah satu negara yang dibidik dalam gelaran ini adalah China.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi menerangkan, target yang ditetapkan kali ini meningkat dari 1 miliar dari target tahun lalu yang jumlahnya 10 miliar dolar AS.
“Kita saat itu kalau tidak salah (menargetkan) 10 miliar dolar, tapi kita lampaui. Tahun ini tantangan bagi kita karena (realisasi transaksi) 15,8 miliar dolar AS tak mudah dicapai apalagi ekonomi dunia sedang slowing down,” ujarnya dalam Konferensi Pers di Kantor Kemendag, Jakarta, Kamis, 5 Oktober.
Didi menjelaskan, negara yang dibidik tahun ini adalah China meskipun pertumbuhan ekonomi negara tersebut sedang melemah. Pasalnya, negara tersebut memberikan dukungan yang besar dalam trade ekspo Indonesia tahun lalu.
“Mau enggak mau tetap China karena walaupun melemah. Semua kan melemah dunia ini. Tapi ya China menjadi target utama kita untuk bisa ekspor kita tetap berkinerja,” ucapnya.
“Karena memang serapan China luar biasa dan juga komposisi produk maupun komoditas yang kita ekspor ke sana variasinya sangat banyak. Tidak seperti negara lain. Istilahnya China itu apapun diserap sepanjang dia memang produksinya tidak ada, ada tapi kecil,” sambungnya.
Selain China, Didi mengatakan Malaysia dan Timur Tengah juga menjadi negara yang dibidik. Kata dia, negara tetangga Malaysia juga memberikan dukungan yang cukup besar pada gelaran trade expo tahun lalu.
“Timur Tengah yang cukup menjanjikan apalagi setelah diselesaikannya UEA-Indonesia CEPA itu memberikan energi lah buat kita untuk bisa di tahun ini dan tahun tahun depan untuk lebih baik. Karena UEA ini adalah negara yang bisa menjadi hub ke negara timur tengah lainnya,” ucapnya.
BACA JUGA:
Meski begitu, Didi mengakui bahwa ekonomi dunia sedang melemah pascapandemi dan diprediksi akan berlanjut hingga 2024 mendatang. Kata dia, juga merujuk pada prediksi sejumlah lembaga dunia seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
“IMF dan World Bank menyebut 2023 diperkirakan turun pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 2,1 persen, dan 2024 agak naik sedikit di 2,9 persen,” katanya.
Lebih lanjut, Didi mengatakan angka tersebut menunjukkan kalau tren pelemahan pertumbuhan ekonomi global masih belum baik.
“Memang angkanya berbeda-beda tiap lembaga, tapi mirip-mirip. Artinya mirip-mirip itu mencerminkan tetap ekonominya sedang tidak baik,” tuturnya.