JAKARTA - PT Wijaya Karya Beton Tbk atau WIKA Beton (WTON) memulai proses pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap pada dua pabrik yang beroperasi menggunakan energi listrik dari PLTS. Adapun lokasinya di Bogor dan Majalengka, Jawa Barat, sebagai upaya mengurangi emisi karbon nasional.
Anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) ini menggandeng PT Agra Surya Energy sebagai penyedia layanan untuk mengeksekusi rencana penggunaan energi terbarukan dari matahari pada proses produksi beton pracetak, sebagaimana keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Corporate Secretary WIKA Beton, Dedi Indra mengatakan solar panel akan dipasang pada atap jalur produksi utama, dan digunakan untuk kegiatan utama pabrik dengan total daya listrik yang dihasilkan mencapai 682 kilo watt (kWP).
Dari segi lingkungan, ia menyebut pengoperasian PLTS pada dua pabrik tersebut mampu mengurangi emisi karbondioksida (CO2) hingga 532.812 kilogram (kg) per tahun.
"Selain itu, konsumsi energi listrik dari PLN pun dapat dihemat hingga 15 persen," ujar Dedi mengutip Antara.
Ke depan, lanjutnya, perseroan akan secara bertahap menambah jumlah pabrik yang menggunakan PLTS, yang merupakan bagian dari program dekarbonisasi sebagai penyelarasan program industri hijau dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Adapun, langkah perseroan diantaranya yaitu pengurangan emisi CO2 dari sumber energi, dan mengganti sistem yang bergantung pada bahan bakar fosil dengan sumber daya rendah karbon seperti energi terbarukan, termasuk PLTS.
"Perseroan telah melaksanakan berbagai program seperti menggunakan solar cell untuk tenaga listrik lampu di seluruh jalan area pabrik dan area stockyard sejak tahun 2022," ujar Dedi.
Dedi mengatakan, perseroan konsisten memanfaatkan olahan air limbah produksi, serta menggunakan limbah fly ash sebagai campuran beton untuk mengurangi pemakaian semen.
BACA JUGA:
"Perseroan selalu menerapkan prinsip keberlanjutan dalam setiap lini operasi bisnis," ujar Dedi.
Sebagai informasi, WIKA Beton membukukan laba bersih senilai Rp13,59 miliar pada semester I-2023, atau menurun 77 persen year on year (yoy) dibandingkan sebelumnya senilai Rp60,72 miliar pada periode sama tahun 2022.
Penurunan laba tersebut menyusul menurunnya pendapatan usaha sebesar 2,16 persen (yoy) menjadi Rp1,81 triliun, dibandingkan sebelumnya senilai Rp1,85 triliun pada periode sama tahun 2022.