Ekonom Ingatkan Puncak Inflasi El Nino Terjadi Pertengahan 2024
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede. (Foto: Dok. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA – Dalam APBN 2024, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memandang optimis target tersebut mengingat proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan oleh beberapa lembaga keuangan dunia, seperti World Bank, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), dan International Monetary Fund (IMF), akan meningkat dibandingkan dengan proyeksi periode 2023.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan untuk tahun depan cukup konvergen di rentang 4,9 sampai 5,1 persen,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu, 27 September.

Menurut Josua, membaiknya pertumbuhan ekonomi global menjadi modal dasar perbaikan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, khususnya negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Jadi dengan asumsi 5,2 persen tersebut masih bisa tercapai. Setidaknya pertumbuhan konsumsi rumah tangga minimal 5 persen agar secara keseluruhan pertumbuhan ekonominya di atas 5 persen,” ungkap di.

Josua menjelaskan, konsumsi dan investasi masih akan menjadi penopang utama Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Karena itu, Josua menilai pemerintah perlu tetap menjaga daya beli masyarakat di tengah meningkatnya harga komoditas pangan global.

Di samping itu, Josua juga mengapresiasi langkah-langkah mitigasi inflasi yang selama ini dilakukan pemerintah sehingga inflasi domestik kenaikannya relatif lebih rendah dibanding negara-negara maju.

“Inflasi harga diatur pemerintah yang hingga saat ini relatif terjaga stabil akan dapat menahan laju inflasi berada di bawah level 3 persen,” tuturnya.

Sebagai informasi, pemerintah menargetkan inflasi 2024 sebesar 2,8 persen. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran sebesar Rp108,8 triliun untuk ketahanan pangan pada APBN 2024 yang terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp89,6 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp19,2 triliun.

Ke depan, Josua melihat fenomena El Nino akan menjadi tantangan yang mempengaruhi inflasi domestik.

“Khususnya untuk beras, dari puncak El Nino, akan meningkat 6 sampai dengan 9 bulan. Sehingga ada kemungkinan tren inflasi memuncak di pertengahan tahun depan. Karena kan ada penyesuaian waktu dari puncak El Nino kepada inflasi pangan itu sendiri,” tutup Josua.