JAKARTA - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha menyebutkan, pembudidayaan tanaman mangrove atau bakau menjadi salah satu upaya mewujudkan target karbon netral atau net zero emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
"Di samping membangun energi bersih, perlu didukung upaya menyerap CO2 yang mencemari udara dengan memaksimalkan penanaman mangrove," katanya saat memberikan sambutan dalam Festival Mangrove Jawa Timur Ke-4 di Pantai Cengkrong, Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, dikutip dari Antara, Senin 29 Mei.
Menurut dia, Festival Mangrove Jawa Timur sejalan dengan pidato Presiden Joko Widodo di COP 26, Glasgow, Inggris, yang menyampaikan bahwa Indonesia akan mencapai NZE pada 2060 atau lebih cepat.
Festival Mangrove Jawa Timur di Trenggalek dibuka Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa didampingi Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin.
Kegiatan dimulai dengan pelepasliaran udang, ikan, burung perkutut, dan pleci serta dilanjutkan susur sungai untuk memantau vegetasi mangrove dengan melintasi jembatan galau.
Setelah itu, Khofifah, Nur Arifin, dan Satya menanam mangrove jenis bakau hitam dan pidada di Pantai Cengkrong.
Hutan mangrove diketahui berperan penting dalam upaya penanganan perubahan iklim global karena mampu menyimpan C02 hingga lima kali lipat dibandingkan hutan tropis di daratan.
Sementara itu, dengan luas hutan bakau tiga juta hektare, diperkirakan mampu menyerap emisi karbon sekitar 950 ton. Karbon yang terserap itu bisa menjadi tambahan bagi pendapatan negara melalui perdagangan karbon.
Selain itu, mangrove juga memiliki banyak manfaat bagi ekosistem, di antaranya melindungi pantai dari abrasi, menjadi tempat bagi ikan dan kepiting, menyuburkan tanah, ekowisata, dan mengatasi banjir kawasan pesisir.
BACA JUGA:
Data Badan Pusat Statistik mencatat per Desember 2021, luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 3,63 juta ha atau 20,37 persen dari total dunia, yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan hutan mangrove terluas di dunia.
Satya menambahkan dalam revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN), pengembangan energi bersih harus dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi lingkungan bersih, yakni dalam upaya menetralkan pengaruh emisi karbon CO2 di udara.
"Cara-cara tersebut sering dinamakan NBS atau nature base solutions, yang caranya adalah menanam pohon di darat, menumbuhkan tanaman mangrove di pantai-pantai, dan menjaga terumbu karang di laut," katanya.
Menurut dia, ekosistem yang bersih dan sehat akan mempengaruhi hidup manusia menjadi tetap sehat dan bersih.