Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan yang memproduksi gas industri seperti asetilena, oksigen, dan nitrogen, yakni PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) terus menunjukkan kinerja positif dengan perolehan penjualan di sepanjang periode Januari-Maret 2023.

Perusahaan asal Kalimantan Timur yang mencatatkan sahamnya di BEI pada 8 September 2021 ini juga memproduksi berbagai gas industri seperti Argon, Carbondioxide, Mixed Gas, Compressed air dan menjual gas khusus lainnya untuk keperluan laboratorium dan pengujian.

Pendapatan usaha SBMA naik 7,7 persen secara year on year dari Rp24,6 miliar menjadi Rp26,5 miliar. Di sisi lain, beban pokok pendapatannya meningkat dari Rp11,6 miliar menjadi Rp15,1 miliar.

Terjadi kenaikan biaya pembelian Raw Material dan distribusi akibat naikknya harga BBM. Perseroan meyakini kinerja ini akan membaik setelah penyesesuaian harga jual yang baru dan beberapa kontrak akan tender ulang.

Data aset perseroan per 31 Maret 2023 menunjukan bahwa total aset yang dimiliki sebesar Rp269,06 miliar. Jumlah ini tak bergeser terlalu jauh dari total aset per 31 Desember 2022 yang tercatat senilai Rp269,60 miliar.

Perlu diperhatikan, perseroan berhasil menekan utang usaha kepada pihak ketiga menjadi Rp3,41 miliar dari sebelumnya di angka Rp5,11 miliar, lalu beban akrual juga turun hingga ke angka Rp1,04 miliar dari Rp1,45 miliar dan utang pembelian aset tetap turun jadi Rp793,01 juta dari Rp1,03 miliar.

Tentunya, kinerja yang memberikan dampak positif bagi kesehatan keuangan SBMA ini dapat dilihat lebih jauh dengan turunnya jumlah liabilitas jangka pendek yang turun cukup signifikan menjadi Rp27,68 miliar dari sebelumnya di akhir tahun 2022 masih Rp30,19 miliar.

Lebih jauh lagi, perseroan di sepanjang tiga bulan pertama tahun 2023 ini membukukan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp741,83 juta dengan keberhasilan perseroan dalam menjaga piutang usaha dan mencatatkan penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp27 miliar yang lebih tinggi dari pendapatannya.

Direktur Utama PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA), Rini Dwiyanti menyatakan target utama perseroan saat ini adalah menjadi perusahaan gas industri terdepan di Kalimantan dan Indonesia, dan erupaya terus berinovasi dan ekspansi bisnis di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara.

"Dalam jangka panjangnya, Perseroan juga berupaya menjajaki pasar Indonesia Timur. Ketika disebut SBMA maka orang-orang tahu itu dari Kalimantan," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa 9 Mei.

Rini secara gamblang menyebut, target bisnis perseroan dipandang realistis karena kebutuhan akan gas industri terus meningkat, sehingga dengan adanya ASP (Air Separation Plant) baru, SBMA diharapkan dapat meningkatkan produksi hingga lima kali lipat.

"Sebagaimana diketahui, peluang pendapatan bagi SBMA terbuka lebar untuk memenuhi permintaan pasar liquid yang terbuka di Petrokimia, Migas, Medis dan distributor yang diperkirakan mencapai 5 juta liter per tahun," jelas Rini.

Di sisi lain, SBMA mengumumkan pengunduran diri Direktur Keuangannya pada Selasa, 2 Mei lalu.

"Pada tanggal 02 Mei 2023 perseroan telah menerima surat pengunduran diri dari Ibu Cintia Kasmiranti selaku Direktur Keuangan & Administrasi dan Corporate Secretary Perseroan. Namun, beliau akan tetap mengawasi perseroan sebagai salah satu Direksi di PT Surya Biru Titilea Investama selaku pemegang saham SBMA".

Pengunduran ini berlaku efektif terhitung sejak tanggal diselenggarakannya RUPST yang mengagendakan perubahan susunan Direksi. RUPST diagendakan akan terlaksana pada Jumat, 26 Mei.

Dalam agenda RUPS ini perseroan memiliki sejumlah agenda utama seperti:

1. Persetujuan Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan.

2. Persetujuan Penggunaan Laba Bersih.

3. Persetujuan Penunjukkan Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik.

4. Persetujuan Laporan Realisasi Penggunaan Dana.

5. Persetujuan Perubahan Susunan Direksi.

6. Persetujuan perubahan gaji/honorarium dan/atau tunjangan lainnya bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan.