JAKARTA - PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) sebagai Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina menargetkan akan mengebor 197 sumur sepanjang tahun 2023 demi menggenjot lifting minyak.
Direktur Utama PHI Chalid Said Salim menjelaskan bahwa dalam rangka menghadapi tantangan lapangan migas yang sudah mature, perusahaan menerapkan strategi kegiatan ekplorasi yang agresif untuk mencari sumber daya baru, optimasi baseline dan development untuk meningkatkan produksi, peningkatan sinergi dan pengadaan bersama dengan entitas Pertamina grup, serta evaluasi dan optimasi terhadap asset portofolio.
“Tahun 2023 ini, target produksi PHI ditetapkan sebesar 63,4 MBOPD untuk minyak dan 668,5 MMSCFD gas diikuti target pengeboran sebanyak 198 sumur pengembangan, 5 sumur eksplorasi serta 337 workover. Target ini sejalan dengan strategi yang sudah ditetapkan,” ujar Chalid kepada media yang dikutip Jumat 14 April.
Ia menambahkan sampai Triwulan pertama ini, PHI berhasil mencapai produksi minyak sebesar 60,2 MBOEPD dan gas sebesar 764,7 MMSCFD. Pencapaian ini berhasil menunjukan peningkatan produksi sebesar 4 persen untuk produksi minyak dan 14 persen untuk produksi gas berbanding tahun 2022.
"Peningkatan produksi gas yang signifikan berperan penting untuk menjaga pasokan gas di Kalimantan Timur kepada PLN, Jargas, petrokimia, pupuk dan LNG," lanjut Chalid.
Tak hanya itu, lanjutnya, perusahaan juga berhasil melakukan pengeboran 44 sumur eskploitasi/pengembangan.
Melalui PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), Perusahaan telah melakukan tajak pengeboran sumur eksplorasi Polaris D-1X pada tanggal 20 Maret 2023.
Sumur ini merupakan pintu masuk (play opener) untuk area di wilayah kerja PHSS dan memiliki target reservoir yang lebih dalam dibandingkan reservoir-reservoir di lapangan yang telah berproduksi di sekitar wilayah tersebut.
Untuk kegiatan seismik, Perusahaan melakukan Survei Seismik Laut 3D Pertama di Perairan Kalimantan Utara hingga Mei 2023 melalui PT Pertamina Hulu Energi Lepas Pantai Bunyu (PHE LPB).
BACA JUGA:
Kegiatan seismik ini diharapakan dapat digunakan untuk verifikasi dan pencarian cadangan sumber daya migas baru sehingga mampu berkontribusi dalam pencpaian target produksi minyak 1 juta barrel di 2030.
Selain itu, menurut Chalid, Perusahaan juga mendorong digitalisasi tepat guna untuk meningkatkan kolaborasi, bisnis, dan inovasi serta melakukan efisiensi dan optimalisasi biaya di seluruh siklus bisnis perusahaan sehingga menghasilkan penghematan biaya dan kinerja operasi yang unggul.