Bagikan:

JAKARTA – PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) sebagai Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina mencatatkan kinerja positif di 2022 dengan berhasil mencapai produksi minyak sebesar 60,2 MBOEPD dan gas sebesar 764,7 MMSCFD.

Direktur Utama PHI, Chalid Said Salim menjelaskan, pencapaian ini berhasil menunjukan peningkatan produksi sebesar 4 persen untuk produksi minyak dan 14 persen untuk produksi gas berbanding tahun 2022.

"Peningkatan produksi gas yang signifikan berperan penting untuk menjaga pasokan gas di Kalimantan Timur kepada PLN, Jargas, petrokimia, pupuk dan LNG," ujarnya dalam keterangan kepada media, Kamis 13 April.

Chalid juga mengungkapkan perusahaan juga berhasil melakukan pengeboran 44 sumur eskploitasi/pengembangan.

Melalui PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), Perusahaan telah melakukan tajak pengeboran sumur eksplorasi Polaris D-1X pada tanggal 20 Maret 2023.

Sumur ini merupakan pintu masuk (play opener) untuk area di wilayah kerja PHSS dan memiliki target reservoir yang lebih dalam dibandingkan reservoir-reservoir di lapangan yang telah berproduksi di sekitar wilayah tersebut.

Untuk kegiatan seismik, Perusahaan melakukan Survei Seismik Laut 3D Pertama di Perairan Kalimantan Utara hingga Mei 2023 melalui PT Pertamina Hulu Energi Lepas Pantai Bunyu (PHE LPB).

Kegiatan seismik ini diharapakan dapat digunakan untuk verifikasi dan pencarian cadangan sumber daya migas baru sehingga mampu berkontribusi dalam pencpaian target produksi minyak 1 juta barrel di 2030.

Ia melanjutkan, di tahun 2023 target produksi PHI ditetapkan sebesar 63,4 MBOPD untuk minyak dan 668,5 MMSCFD gas diikuti target pengeboran sebanyak 198 sumur pengembangan, 5 sumur eksplorasi serta 337 workover.

"Target ini sejalan dengan strategi yang sudah ditetapkan,” imbuh Chalid.

Ia melanjutkan, strategi yang akan dijalankan pada tahun 2023 antara lain terkait optimasi portofolio dalam kegiatan eksplorasi, development, optimasi produksi, sinergi operasi, serta peningkatan keandalan fasilitas produksi di wilayah kerja Perusahaan di Kalimantan.

Selain itu, menurut Chalid, Perusahaan juga mendorong digitalisasi tepat guna untuk meningkatkan kolaborasi, bisnis, dan inovasi serta melakukan efisiensi dan optimalisasi biaya di seluruh siklus bisnis perusahaan sehingga menghasilkan penghematan biaya dan kinerja operasi yang unggul.

"Upaya efisiensi dan optimalisasi biaya selama tahun 2022 yang dilakukan Perusahaan berhasil menghasilkan penghematan melebihi target, yaitu mencapai 66,5 juta dolar AS atau lebih dari 950 miliar rupiah yang diperoleh dari 20 inisiatif program dalam kategori Cost Saving, Cost Avoidance, dan Revenue Growth,” jelas Chalid.