Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali membidik perluasan pangsa pasar ekspor sejumlah produk dari Pulau Dewata di kawasan ASEAN karena potensi yang besar seiring terkendalinya pandemi COVID-19.

“Dalam lima tahun terakhir rata-rata kenaikan ekspor produk Bali ke negara-negara di ASEAN mencapai 11,75 persen,” kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali Ni Wayan Lestari di Denpasar, dikutip dari Antara, Sabtu 8 April.

Untuk mendongkrak pangsa pasar, sejumlah upaya dilakukan di antaranya promosi perdagangan yang menyasar negara potensial dan negara yang sudah terjalin pasar ekspor di Asia Tenggara.

Selain itu, upaya pembinaan dan pemberdayaan pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing produk yang berorientasi ekspor guna memenuhi kebutuhan pasar di ASEAN.

Selain dari sisi volume dan nilai perdagangan, Pemprov Bali juga membidik perluasan produk ekspor yang selama ini paling besar disumbangkan oleh produk hortikultura dan produk perikanan.

Disperindag Bali mencatat berdasarkan surat keterangan asal (SKA) produk ekspor Bali pada 2022 dari 10 negara di ASEAN, tiga negara dengan nilai terbesar menerima ekspor Bali yakni Thailand sebesar 11,6 juta dolar AS, Vietnam mencapai 5,78 juta dolar AS dan Filipina sebesar 2,15 juta dolar AS.

Dari data SKA itu, total nilai ekspor pada 2022 ke ASEAN mencapai 23,25 juta dolar AS atau meningkat dibandingkan realisasi 2021 mencapai 10,9 juta dolar AS.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Hanif Yahya mengatakan produk Bali memiliki potensi yang besar diserap pasar ASEAN karena budaya yang tak jauh berbeda.

“Melihat pangsa pasar apalagi ASEAN dengan Indonesia dan Bali memiliki kultur yang sama misalnya makanan, tentu banyak produk dari Bali diinginkan masyarakat ASEAN. Ini menjadi salah satu magnet ekspor Bali,” kata Hanif.

BPS Bali mencatat realisasi nilai ekspor Bali di ASEAN pada 2022 mencapai 104,3 juta dolar AS atau naik signifikan dibandingkan 2021 mencapai 31 juta dolar AS.

Nilai tersebut menduduki posisi ketiga setelah kawasan Amerika yang mencapai 229,5 juta dolar AS dan Eropa 114,6 juta dolar AS.

Total nilai ekspor Bali pada 2022 mencapai 617,5 juta dolar AS atau naik dibandingkan 2021 mencapai 508,1 juta dolar AS.

BPS mencatat Singapura dan Thailand masuk 10 besar negara tujuan ekspor Bali ke ASEAN dengan realisasi nilai masing-masing mencapai 67,2 juta dolar AS dan 19,3 juta dolar AS.

Produk yang paling banyak diekspor dari Bali adalah ikan, krustasea (udang) dan moluska (kerang) kemudian pakaian dan aksesorisnya bukan rajutan, logam mulia dan perhiasan/permata serta kayu dan barang dari kayu.

Total nilai impor di Bali pada 2022 mencapai 82,6 juta dolar AS atau naik dibandingkan 2021 mencapai 35,9 juta dolar AS.

Pada Februari 2023, impor barang modal meningkat paling tinggi yakni 4,04 persen menandakan geliat usaha di Bali dengan impor terbesar adalah golongan mesin dan perlengkapan elektrik dan mesin peralatan mekanis.