JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Sunarso memaparkan peluang dan tantangan yang dihadapi sektor perbankan sepanjangtahun 2023.
"Ada yang kita kategorikan sebagai supporting factor yang akan kita adu dengan challenging factor," ujar Aunarso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Selasa, 28 Maret.
Adapun supporting factor yang dimaksud Sunarso antara lain peningkatan aktivitas bisnis dan ekonomi masyarakat sejalan dengan pengendalian kasus Covid-19.
"Mobilitas dan aktivitas masyarakat semakin tinggi dan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi," imbuh Sunarso.
Faktor kedua, lanjutnya, adalah harga komoditas yang mulai bergerak turun meskipun masih dalam level yang tinggi.
Menurutnya, harga komoditas yang kulai turun namun ketidakpastia global terkait berakhirnya perang Rusia-Ukraina membuat harga komoditas global diproyeksikan masih lebih tinggi dari level sebelum pandemi.
"Sehingga ekspor kita justru membaik dan ini memperbaiki neraca perdagangan kita," ujarnya singkat.
Faktor pendukung selanjutnya adalah ratung investasi Indoneia yang stabil dan positif. Menurut Sunarso, berbagai lembaga pemringkat kredit internasional memberikan rating investasi yang stabil dan positif terhadap perekonomian Indonesia.
"Itu memberikan kepercayaan kepada investor untuk masukkan modalnya ke Indonesia," bebernya.
Dan faktor terakhir adalah perpanjangan relaksasi restru Covid-19 hingga 2024. Diketahui jika OJK telah memutuskan ntuk melakukan perpanjangan relaksasi restru covid dari awalnya berakhir Maret 2023 menjadi Maret 2024.
"Sehingga dapat berdampak positif bagi pelaku UMKM dan perbankan," lanjut SUnarso.
Sementara itu faktor yang menantang antara lain resesi di Amerika dan perlambatan eonomiglobal yang menjadi tantangan tersendiri.
"Perekonomian AS diperkirakan akan jatuh pada jurang resesi pada semester II tahun 2023," kata dia. Hal ini disinyalir dapat mengganggu laju pertumbuhan ekonomi gloal secara agregat.
Kedua, tensi geopolitikglobal dan disrupsi rantai pasok. Ketidakpastian berakhirnya perang Rusia dan Ukrainda dan memanasnya China-Taiwan mendorong ketidakpastian geopolitik global meningkat dan berpotensi mengganggu rantai pasok global.
Ketiga, tekanan inflasi yang masih tinggi. Sunarso mencontoh keputusan pemerintah menurunkan harga subsidi BBM sehingga menyebabkan pemerintah harus menaikkan harga BBM jenis Pertalite yang kemudian berdampak pada kenaikan inflasi hingga tahun 2023.
BACA JUGA:
"Mudah-mudahan sekarang sudah berkurang dampaknya. Nanti kayaknya Februari naik lagi. Hal ini mendorong kenaikan produksi, penurunan pendapatan riil masyarakat dan potensi pengurangan tabungan masyarakat di bank," papar Sunarso.
Terakhir, faktor pendorong adalah krisis perbankan global yang beberapa waktu lalu terjadi seperti Silicon Valley Bank (SVB) dan Credit Suisse yang mengalami kesulitan lukuiditas dan permodalan.
"Hal ini dapat meberikan sentimen negatif kepada perbankan domestik," pungkas Sunarso.