Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Sunarso memaparkan 3 faktor pendorong tingginya laba BRI sepanjang tahun 2022.

Sepanjang Januari hingga Desember 2022, BRI berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp51,4 triliun atau tumbuh 67,15 persen secara year on year (yoy) dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18 persen yoy menjadi Rp1.865,64 triliun.

Sunarso mengatakan, 3 hal pendorong tersebut antara lain, pertama, penurunan biaya dana atau cost of fund BRI yang menjadikannya terendah sepanjang sejarah BRI.

"Transformasi digital dan culture berhasil menurunkan biaya dana atau cost of fund yang menjadikannya terendah sepanjang sejarah BRI," ujar Sunarso dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI, Selasa 28 Maret.

Asal tahu saja, biaya dana BRI terus turun dari 2,05 persen pada akhir 2021 menjadi 1,87 persen di akhir tahun 2022.

Faktor pendorong kedua, lanjutnya, adalah menurunkan biaya operasional yang tercermin dari rasio Biaya Operasi Pendapatan Operasi (BOPO) yang turun drastis dari 78,54 persen di 2021 menjadi 69,1 persen di 2022.

"Kami memurahkan biaya operasional melalui berbagai program," imbuh Sunarso.

Dan faktor ketiga pendorong tumbuhnya laba BRI adalah menekan biaya kredit atau menekan biaya cadangan pemburukan kualitas kredit sehingga cost of credit BRI turun dari 3,78 menjadi 2,55.

"Kemudian berhasil menaikkan porsi fee based income. Fee based income kita selama setahun mencapai 18,8 triliun sehigga fee income rasionyapun menjadi 11,37 persen," beber Sunarso.

Sunarso juga menceritakan sejak awal bergabung di BRI, pihaknya sempat kesulitan menaikkan fee based income hingga double digit.

"Fee kita 6 sampai 7 dan cita-citanyanya double digit susah sekali. Kemudian alhamdulillah berkat support dari semua pihak, fee based income rasio kita sudah 11,37 persen," pungkas Sunarso.