JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta Otoritas Jasa Keuangan berhati-hati dalam mengawasi produk jasa keuangan Indonesia dan pasar modal.
Jokowi menyebut nama konglomerat asal India Gautam Adani yang kehilangan 107 miliar dolar AS atas kasus saham gorengan.
"Pengawasan-pengawasan, jangan sampai ada yang lolos seperti itu karena goreng-gorengan Rp1.800 triliun, itu 1/4 PDB india hilang," ujar Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada sambutannya pada Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin, 6 Februari.
Menurutnya, dengan hilangnya 1/4 PDB India ini dapat memengaruhi capital outflow dan kurs mata uang lokal terjun bebas.
Joko WIdodo juga meminta OJK untuk mengawasi pinjaman online (pinjol), asuransi dan investasi agar tidak mengulang kesalahan yang terjadi di India dan beberapa kasus salam negeri seperti Asabri, Jiwasraya, dan Indosurya yang menrugikan banyak pihak.
"Jangan sampai kejadiann yang sudah-sudah Asabri, Jiwasraya, Rp17 triliun, Rp23 triliun. Ada lagi Indosurya, Wanaartha, sampai apal saya karena baca," tegas Jokowi.
BACA JUGA:
Jokowi menceritakan, pengalamannya bertemu dengan korban penggelapan dana perusahaan asuransi yang menangis dan meminta uangnya kembali.
“Ini harus mikro, satu-satu diikuti karena yang menangis itu rakyat. Rakyat itu hanya minta satu duit itu balik. Karena waktu saya ke Tanah Abang ada yang menangis cerita tentang itu. Waktu di (perayaan) imlek juga sama menangis itu juga. Di Surabaya menangis itu juga. Hati-hati,” kata Presiden Jokowi.