JAKARTA - Cuaca ekstrem diramal bakal terus mengintai langit sejumlah daerah di Indonesia. Sebagai antisipasi menghadapi cuaca ekstrem tersebut, Lion Air Group akan mengandalkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Lion Air Group memberikan penjelasan bahwa dalam melayani penerbangan penumpang berjadwal (regular flight), sewa tertentu (charter flight) dan angkutan kargo, operasional tetap mengutamakan aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan serta menurut protokol kesehatan.
Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan, sebelum terbang, pilot wajib memperhatikan faktor alam seperti cuaca, hujan, angin dari data BMKG lainnya dalam antisipasi dampak dari cuaca yang kurang baik terhadap transportasi udara.
Lebih lanjut, Danang mengatakan prediksi cuaca akan menentukan izin pesawat untuk lepas landas atau take off. Kondisi cuaca aktual, diperlukan saat sebelum, ketika pesawat lepas landas, hingga proses pendaratan. Hal ini untuk menjamin keselamatan.
“Setiap penerbangan Lion Air Group harus selalu memperhatikan faktor alam dan meteorologi BMKG yang menghasilkan data dan informasi detail, cepat, tepat dan akurat. Lion Air Group senantiasa melaksanakan pemantauan (monitor) perkembangan terkini dari cuaca dan menggunakan informasi cuaca untuk mengambil keputusan berdasarkan laporan serta pemberitahuan resmi,” katanya kepada media, Kamis, 29 Desember.
Selain itu, lanjut Danang, faktor jarak pandang atau visibility, arah atau kekuatan atau kecepatan angin dan lainnya juga harus memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan.
“Cuaca yang mempengaruhi penundaan penerbangan, pembatalan, pengalihan dan pemulihan (recovery) selalu dilakukan analisis dan evaluasi (pengkajian operasional),” tuturnya.
BACA JUGA:
Danang mengatakan berbagai strategi yang diimplementasikan antara lain menggunakan sistem terstruktur dan berkesinambungan antara rotasi (pergerakan pesawat), tim operasional serta keputusan yang cepat (quick action) guna menentukan rangkaian operasional yang terjadi di lapangan (irregularities), untuk mengurai dampak keterlambatan penerbangan akibat cuaca kurang baik.
“Panduan dan prosedur dengan skala prioritas telah ditetapkan untuk mengelola tingkat dan dampak atau gangguan cuaca. Matriks prioritas analisis cuaca berdasarkan aktual (real time) sebagai salah satu referensi atau dasar menunjang kelancaran operasional,” jelasnya.
Pilot dan Teknologi Pesawat Udara
Danang juga menekankan seluruh pilot Lion Air Group wajib menjalani pelatihan melalui pengujian dan penilaian ketat di simulator untuk mengoperasikan pesawat udara dengan berbagai skenario termasuk cuaca kurang baik. Hal ini sebagai upaya mengedepankan operasional pada level aman dan selamat.
Fasilitas pelatihan simulator sudah dioperasikan Lion Air Group yang berlokasi di Bandara Mas, Tangerang. Pelatihan Simulator Lion Air Group telah memiliki persetujuan resmi dari pemerintah Indonesia, serta otoritas penerbangan internasional. Mulai dari Malaysia, Thailand, Singapura, Federal Aviation Administration (FAA) di Amerika Serikat) dan European Aviation Safety Agency (EASA) di Eropa.
Dalam memastikan keselamatan, sambung Danang, pilot merupakan profesional yang telah melaksanakan rangkaian pelatihan serius sehingga mampu mengemban profesi dalam mengemudikan pesawat. Salah satu tugas pilot di udara, harus memonitor perkembangan atau perubahan cuaca.
“Jenis awan dan arah angin agar gerak pesawat ketika di udara tetap stabil sesuai jalur udara (airways),” tuturnya.
Selain itu, Danang mengatakan kinerja pilot didukung peralatan untuk deteksi cuaca, angin, awan dan lainnya tergolong canggih, sehingga dapat memantau cuaca, suhu dan tekanan udara secara tepat.
“Serta pilot dapat memanfaatkan untuk kebutuhan komunikasi dan memutuskan cepat sesuai pedoman kerja pilot (manual book),” jelasnya.