BSI Bakal <i>Right Issue</i>, Kementerian BUMN: Saham Mandiri Tetap, BNI-BRI Terdilusi
Asisten Deputi Bidang Jasa Keuangan Kementerian BUMN, Muhammad Khoerur Roziqin. (Foto: Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Bank Syariah Indonesia (BSI) akan menggelar aksi korporasi berupa right issue dalam waktu dekat.

Dengan adanya aksi korporasi ini, porsi kepemilikan saham akan mengalami perubahan.

Saat ini, Bank Mandiri memegang porsi saham mayoritas dengan 50,83 persen. Sementara BNI sebesar 24,85 persen, BRI sebesar 17,25 persen, serta pemegang saham lainnya dan publik sebesar 7,07 persen.

Pemerintah terhitung Mei 2022 telah menempatkan satu lembar saham merah putih di BSI.

Asisten Deputi Bidang Jasa Keuangan Kementerian BUMN, Muhammad Khoerur Roziqin memastikan, proses menuju aksi korporasi tersebut sudah dalam tahap akhir.

Roziqin menjelaskan, jika Bank Mandiri sebagai pemegang saham terbesar di BSI masih akan tetap mempertahankan porsi kepemilikan sahamnya.

Sementara porsi saham BNI dan BRI disebut akan terdelusi.

Namun sayangnya, Roziqin enggan mengungkap angka pasti dilusi kepemilikan saham dari keduanya.

"Yang untuk program right issue ini, itu kan dari Mandiri akan mempertahankan kepemilikannya, kemudian dari BNI terdelusi dikit, BRI terdilusi," katanya di Kementerian BUMN, Kamis, 15 Desember.

Roziqin menjelaskan, salah satu alasan Mandiri mempertahankan porsi sahamnya di BSI karena adanya suntikan dana atau chip-in dana sekitar Rp200 miliar.

"Kalau BRI terdelusi tapi tetap mempertahankan diatas 15 persen lebih. Gak kurang dari 15 persen," ujar dia.

Porsi Saham Publik Bakal Meningkat

Roziqin menambahkan, kalau dilusi saham yang terjadi di BNI dan BRI karena meningkatkan porsi saham publik.

Mengacu pada data sebelumnya, porsi saham publik ada sebesar 7,07 persen.

Terkait dengan investor strategis yang bakal masuk, Roziqin enggan berbicara lebih detail.

Dia hanya menekankan aksi korporasi ini akan meningkatkan porsi kepemilikan publik.

"Masuknya tapi dari ini, dari market itu ya. Bukan investor strategis. Kan sekarang market itu ada berapa, ada 7 koma sekian kan floatingnya dari market itu ya," ujarnya.

"Kan nanti mau dinaikkan diatas 7 lah misal gitu ya, menjadi 8 atau berapa. Nah itu otomatis ada yang terdelusi, nah terdelusinya dari situ," sambungnya.