Ajak Masyarakat Nabung Valas di Indonesia, Bos LPS: Kita Lebih Aman Dibandingkan Singapura dan Thailand
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan, masyarakat tidak perlu khawatir untuk menabung valuta asing (valas) di perbankan Indonesia.

Pasalnya, menambung valas di Indonesia lebih aman ketimbang negara lain.

"Masyarakat yang menyimpan uang di luar negeri jangan ragu untuk menabung di Indonesia. Kita lebih aman dibandingkan negara tetangga seperti Singapura dan Thailand," ujarnya dalam konferensi pers di jakarta, Rabu, 7 Desember.

Selama ini, kata dia, masyarakat lebih memilih untuk menabung di luar negeri dibandingkan di Indonesia karena dianggap lebih aman.

Padahal, lanjut Purbaya, nilai simpanan yang dijamin LPS jauh lebih tinggi baik secara nominal maupun secara relatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita dibandingkan otoritas penjamin simpanan di Thailand dan Singapura.

Sebagai informasi, maksimal nominal simpanan yang dijamin di Thailand sebesar 1 juta bath Thailand setara Rp443.120.000.

Sementara simpanan nasabah yang dijamin di Singapura maksimal 75.000 dolar Singapura.

Dia menambahkan, permintaan valas domestik untuk mendanai kredit dalam denominasi valas meningkat signifikan seiring dengan surplus neraca perdagangan nasional yang terus mencetak rekor positif.

Kurva permintaan valas yang bergeser ke kanan ini turut mengerek suku bunga simpanan valas domestik.

"Penting untuk diketahui bahwa cakupan penjaminan LPS lebih luas, di mana selain simpanan dalam bentuk Rupiah, simpanan valas pun dijamin maksimal sebesar Rp2 miliar per nasabah per bank, di mana tidak semua negara seperti Singapura dan Thailand menjamin simpanan valas,” jelasnya.

"Nilai simpanan yang dijamin LPS pun jauh lebih besar baik secara nominal maupun secara relatif terhadap PDB per kapita dibandingkan otoritas penjamin simpanan di Thailand dan Singapura," sambung Purbaya.

Kinerja industri perbankan nasional tetap stabil, baik dari sisi permodalan, likuiditas dan intermediasi keuangan, di mana rasio permodalan (KPMM) industri yang terjaga di level 25,13 persen pada periode Oktober 2022 pun likuiditas juga ample dengan rasio AL/NCD berada di level 130,17 persen dan AL/DPK sebesar 29,46 persen.