JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan kalau pemenuhan stok beras pemerintah 1,2 juta ton tak akan sampai akhir tahun ini. Hingga November ini, stok beras yang dimiliki oleh pemerintah hanya sekitar 651.000 ton.
"Pasti tidak akan terpenuhi," ujarnya dalam rapat dengan Komisi IV DPR, di Jakarta, Rabu 16 November.
Buwas sapaan akrab Budi Waseso menjelaskan salah satu penyebabnya yakni harga beras di dalam negeri terus mengalami kenaikan. Dengan adanya regulasi yang membatasi, Bulog tidak mendapat kesempatan untuk menyerap hasil petani.
"Yang pertama tadi seperti dijelaskan, dulu ada fleksibilitas harga dengan kita tetap bisa menyerap (hasil) petani, tapi begitu fleksibilitas harga jadi Rp8.800 (per kilogram) kita diuji dengan harga Rp8.900 (per kilogram) jadi tetap tak bisa beli dan itu akan meningkatkan inflasi," tuturnya.
Kata Buwas, adanya aturan yang membatasi pembelian beras itu membuat Bulog tak bisa berbuat banyak. Selanjutnya, Bulog pun menginisiasi untuk menyerap hasil petani sesuai dengan harga pasar.
Namun, Buwas menemukan permasalahan lainnya yakni menyempitnya produksi beras dari petani, ditambah adanya penyerapan dari sebelum-sebelumnya oleh pihak diluar Bulog.
"Begitu kita ikuti (harga) pasar, kita tak bisa membeli dengan harga pasar karena barangnya juga terbatas," katanya.
BACA JUGA:
Pada kesempatan tersebut, Buwas mengungkap kalau penyerapan hasil petani dalam negeri hanya mampu sebanyak 92 ribu ton. Jumlah ini jauh lebih rendah dari target yang ditetapkan sebelumnya sebanyak 500 ribu ton.
"Jadi target yang kita alokasikan kita sudah kumpulkan semua penggilingan dengan mitra kita yang sudah disepakati sampai Desember tahun ini, kita bisa serap 500 ribu ton, itu sudah ada kesepakatan dengan mitra kita. Tapi sampai hari ini, kita hanya bisa mampu menyerap 92 ribu ton dari target 500 ribu ton," ujarnya.
"Karena satu, barangnya sudah tidak ada pak," sambungnya.
Produksi Beras Tidak Banyak
Terkait dengan sejumlah wilayah memiliki produksi beras antara 100-600 ribu ton, Buwas mengatakan telah melakukan konfirmasi ke pihak terkait. Hasilnya, Buwas mengaku tidak menemukan produksi beras yang jumlahnya sebanyak itu.
Contohnya di Lampung, kabarnya ada beras sebanyak 600 ribu ton. Namun, Buwas menekankan kalau jumlah yang ditemukannya tidak sebanyak itu. Sehingga, lagi-lagi, Bulog tidak mendapatkan jatah penyerapan beras dari petani.
"Ini juga sudah kita konfirmasi pak, kita juga sudah turun langsung pada salah satu direksi kami langsung ke lapangan, dan berjumpa dengan Pemda sana, dengan Gubernur, dengan Pak Kapolda, dengan Pangdam, nyatanya tak ada sebesar itu," ujarnya.
Buwas mengatakan Bulog sudah menyiapkan dana untuk menyerap hasil tani tersebut sesuai dengan harga pasar. Artinya, petani yang menjual beras itu masih akan tetap mendapat keuntungan.
"Kami pada prinsipnya, kita akan beli dengan harga pasar pak. Dengan komersil sistemnya tak lagi dibatasi, seumpama di Lampung ini (harganya) Rp10 ribu (per kilogram) pak, dipastikan memang ada barangnya, dan itu Rp10 ribu, pasti kita beli Rp10 ribu pak," kata Buwas.