JAKARTA - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal berharap kesepakatan yang dihasilkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, pada 15-16 November nanti, mendukung upaya Indonesia dalam transformasi ekonomi.
Ia berharap KTT G20 dapat menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang mendukung upaya Indonesia dalam mendorong ekonomi digital dan hilirisasi industri.
“Kemudian KTT G20 ini, suara dari negara berkembang, termasuk Indonesia bisa di dengar,” kata Faisal diberitakan Antara, Senin 14 November.
Ia mengatakan rangkaian kegiatan G20 Indonesia selama satu tahun ini, mulai dari side event hingga meeting group berhasil mendorong perekonomian nasional, terutama di sektor pariwisata, transportasi hingga industri.
Termasuk juga mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali sebagai tuan rumah KTT G20, yang mana dalam dua tahun sebelumnya lesu akibat pandemi COVID-19 yang dibarengi turunnya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke wilayah itu.
“Ada tambahan driver ekonomi bagi indonesia. Ada kunjungan yang dilakukan, mendorong sektor-sektor tertentu, dari transportasi, bisnis, pariwisata sampai industri, termasuk makanan minuman hingga souvenir, terutama di Bali sebagai host,” kata Faisal.
BACA JUGA:
Dalam kesempatan ini, ia menekankan kesepakatan yang dihasilkan dalam KTT G20 nanti, harus memberikan solusi atas situasi ketidakpastian perekonomian global saat ini, serta kesepakatan itu dapat digunakan untuk menghadapi ancaman resesi global pada tahun depan 2023.
“Semestinya yang dimaksimalkan adalah manfaat yang lebih jangka panjang, yakni hasil kesepakatan G20 yang berdampak pada Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), bukan hanya masalah kerja sama dari bidang seperti perpajakan dan pembiayaan untuk negara berkembang dan terbelakang,” kata Faisal.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo telah mengkonfirmasi acara puncak KTT G20 di Bali akan dihadiri oleh 17 kepala negara/pemerintahan dan 3.443 delegasi dari berbagai negara.