JAKARTA – Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara berkesempatan memimpin delegasi RI dalam pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada pekan ini.
Dalam pernyataannya, Suahasil menegaskan bahwa Indonesia mendorong inisiatif bersama untuk melakukan pembaruan ekonomi dunia di tengah ketidakpastian global saat ini.
“Bagi Indonesia, penting untuk menemukan sumber pertumbuhan baru dan melanjutkan reformasi struktural, termasuk pembangunan infrastruktur’,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Minggu, 23 Oktober.
Menurut Suahasil, RI kini melakukan tiga exit strategy, yaitu bagaimana APBN dapat kembali ke level defisit sebelum pandemi.
Lalu, bagaimana bank sentral dapat mendapatkan likuiditas dari luar sistem setelah penempatan yang besar selama periode pandemi, dan bagaimana mengembalikan kebijakan prudential supervisory yang biasanya dilakukan relaksasi selama pandemi.
“Ketiga exit strategies tersebut perlu dikoordinasikan, termasuk dukungan dari mitra pembangunan, dan dikomunikasikan dengan baik, serta perlu untuk menjaga diskusi dengan negara lain mengenai exit strategy yang memadai,” tuturnya.
Suahasil menambahkan, Indonesia menyampaikan dukungannya terhadap agenda prioritas Thailand untuk pembiayaan berkelanjutan.
“Indonesia baru saja memperbaharui National Determined Contribution (NDC) menjadi 31,8 persen dengan sumber daya domestik dan 43,2 persen dengan dukungan internasional”, tutur dia.
Wakil Sri Mulyani itu menyampaikan pula jika RI akan terus melanjutkan komitmen untuk menurunkan net zero emission pada 2060 atau lebih awal.
“Kami harapkan ini semua dapat tercapai dengan kolaborasi bersama Asian Development Bank (ADB) melalui pembentukan Energy Transition Mechanism (ETM) country platform dan rencana penerapan peraturan perpajakan baru yang mencakup pajak karbon,” tegasnya.
BACA JUGA:
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Thailand Arkhom Termpittayapaisith selaku tuan rumah menyatakan pihaknya mengusung tema “Memajukan Digitalisasi, Mencapai Keberlanjutan” dalam keketuaan APEC tahun ini.
“Penting bagi APEC untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan menjaga kelestarian lingkungan, menyoroti bahwa digitalisasi ekonomi dan pembangunan berkelanjutan akan menjadi kunci bagi pencapaian tujuan kemakmuran bersama,” katanya.
Arkhom menjelaskan kondisi ekonomi global yang tidak pasti di mana pemulihan dari pandemi COVID-19 masih lemah dan risiko makroekonomi.
“Kita semua melihat terjadi inflasi yang tinggi, fragmentasi geopolitik, volatilitas harga energi dan pangan, gangguan rantai pasokan, proyeksi pertumbuhan yang lemah, pengetatan kondisi keuangan, risiko perubahan iklim,” imbuhnya.
Untuk itu Arkhom menggagas dua agenda prioritas untuk jalur keuangan, yaitu pembiayaan berkelanjutan dan ekonomi digital.
“Digitalisasi terbukti menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan, terutama di lingkungan global yang semakin meningkat. Akan tetapi, pertumbuhan tersebut seharusnya tidak mengorbankan lingkungan yang memburuk secara signifikan. Oleh karenanya, pembangunan yang berkelanjutan harus menjadi agenda global, termasuk di kawasan APEC,” ucap dia.