Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda, Kalimantan Timur, konsentrasi menekan laju inflasi, meski pada September lalu inflasinya masih 5,27 persen secara tahunan atau di bawah inflasi nasional yang sebesar 5,95 persen.

"Pemkot Samarinda masih konsentrasi terhadap pengendalian inflasi, diantaranya dengan memperkuat konsolidasi melalui kerja sama dalam mengidentifikasi kebutuhan pokok yang masih didatangkan dari luar Samarinda," ujar Wali Kota Samarinda Andi Harun di Samarinda, dikutip dari Antara, Senin 17 Oktober.

Ia bahkan telah mengarahkan pejabat Eselon II hingga para lurah se- Kota Samarinda untuk fokus terhadap pengendalian inflasi agar ke depan tidak terjadi lonjakan harga, terutama berbagai kebutuhan pangan yang sering bergejolak seperti cabai, bawang merah, bawang putih, dan komoditas lain yang didatangkan dari luar.

Meskipun inflasi di Samarinda masih di bawah angka nasional, namun ia minta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) setempat tetap waspada, karena banyak kebutuhan pokok yang masih didatangkan dari luar daerah.

Untuk itu TPID Samarinda harus koordinasi agar mudah mengendalikan inflasi, kemudian menjalin kembali kerja sama antardaerah terutama untuk komoditas bahan pangan yang rentan bergejolak, sehingga kebutuhan bahan pangan lebih mudah datang jika dibutuhkan.

Mantan Anggota DPRD Provinsi Kaltim ini juga mengingatkan dinas terkait untuk menggencarkan lagi gerakan menanam cabai, tomat, dan sayur-sayuran di pekarangan rumah baik menggunakan pot, polybag, hidroponik, maupun secara langsung di lahan pekarangan.

Cara seperti ini diyakini bisa menekan laju inflasi, karena inflasi terjadi ketika permintaan tinggi, namun stok terbatas. Sedangkan jika banyak warga yang menanam sendiri di pekarangan rumah, dipastikan jumlah permintaan akan menurun.

Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan anggaran sebesar Rp19,2 miliar yakni dana dari pemerintah pusat untuk daerah-daerah yang berhasil mengendalikan inflasi di bawah rata-rata nasional, termasuk Kota Samarinda.

"Dana ini bisa dibelanjakan lagi untuk mendukung jejaring sosial seperti bantuan untuk warga miskin, bisa jaga untuk belanja lain yang tujuannya adalah untuk mengendalikan laju inflasi," kata Andi Harun.