Bagikan:

YOGYAKARTA – Perusahaan yang mampu memanfaatkan fenomena impulse buying ternyata mampu menaikkan penjualan dan keuntungan bisnis. Namun untuk memanfaatkan peluang tersebut, harus diketahui dulu pengertian dan pemicu impulse buying.

Impulse buying bisa jadi celah pagi perusahaan maupun UMKM untuk memasarkan produknya. Fenomena ini bahkan dialami oleh banyak orang. Lalu, apa saja pengertian dan pemicunya?

Pengertian dan Pemicu Impulse Buying

Secara sederhana, impulse buying adalah sebuah fenomena yang terjadi saat seseorang melakukan pembelian yang terjadi secara mendadak tanpa ada sebuah rencana.

Sumber lain mengatakan bahwa impulse buying ialah sebuah keputusan yang diambil seseorang secara mendadak untuk membeli produk baik berupa barang atau jasa tanpa perencanaan. Pembelian yang dilakukan terjadi karena adanya faktor dominasi psikis konsumen dibanding logika.

Dikutip dari pijarpsikologi.org, pengertian impulsif dalam ilmu psikologi adalah pembelian yang dilakukan seseorang tanpa pertimbangan matang dan biasanya terjadi secara tiba-tiba.

Sedangkan Bayley dan Nancarrow, peneliti di bidang psikologi, menjelaskan bahwa impulse buying adalah perilaku yang hedonistik karena hal tersebut ditandai kemunculan rasa puas saat seseorang melakukannya. Perilaku ini juga dianggap bertolak belakang dengan prinsip kegunaan yang mengedepankan manfaat dari sebuah barang yang ada.

Novia MH & Harmon dalam Faktor Penentu Perilaku Impulsive Buying pada Fashion Business di Kota Bandung menjelaskan bahwa ada dua variabel pemicu terjadinya pembelanjaan impulsif, yakni sebagai berikut.

  1. Variabel Situasional

Adalah pemicu impulse buying yang berkaitan dengan lingkungan toko (store environment), ketersediaan waktu, dan juga ketersediaan uang.

Lingkungan toko yang dimaksud adalah adanya pengaruh yang dilakukan melalui keadaan atau lingkungan toko. Pengaruh biasanya diwujudkan dalam kombinasi karakteristik fisik toko seperti gaya arsitektur, tata letak produk, warna, pencahayaan, musik, bahkan aroma ruangan di dalam toko. Seluruh variabel dalam toko akan memicu perilaku impulsif.

Sedangkan ketersediaan toko berkaitan dengan waktu yang dialokasikan oleh individu untuk berbelanja. Semakin banyak waktu yang dimiliki oleh pembeli, perilaku impulse buying makin besar. Hal itu berlaku sebaliknya.

Kemunculan impulsif buying juga akan muncul karena ketersediaan uang. Uang menjadi penentu paling besar untuk melakukan pembelian suatu barang atau produk.

  1. Variabel Person-Related

Person-related juga punya andil yang cukup besar dalam memicu impulse buying. Bahkan pengaruh yang muncul tak hanya sekadar pembelian, bisa berdampak pada pembelian suatu produk atau merk tertentu.

Dikutip dari pijarpsikologi.org, perilaku impulse buying bisa dipicu oleh faktor lingkungan belanja, kepribadian, produk, hingga perbedaan geografis dan aspek budaya.

Faktor lingkungan adalah hal-hal yang berkaitan dengan penataan ruang untuk menampilkan produk, luas ruangan, bahkan aroma. Produk yang menarik didukung dengan kondisi toko yang baik akan menarik individu untuk melakukan pembelian secara impulsif. Tak hanya itu, orang yang ada di toko ikut menentukan individu melakukan pembelian impulsif.

Selain terkait toko, impulse buying juga didorong oleh faktor kepribadian sifat materialisme, yakni sifat yang mengutamakan keuntungan material dan fokus pada pencitraan diri dan popularitas. Tak hanya itu, kondisi psikis yang kurang baik juga akan mendorong seseorang melakukan pembelian impulsif.

Aspek produk juga punya peran besar terjadinya pembelian impulsif. Produk yang dikemas dengan baik akan meningkatkan dorongan pembelian.

Faktor geografis dan budaya juga jadi penyokong kuat terjadinya impulse buying. Faktor budaya misalnya, seseorang yang terbiasa mandiri akan cenderung mengalami impulsive buying dibanding individu yang hidup di budaya masyarakat yang kolektif.

Itulah informasi tentang pengertian dan pemicu impulse buying. Untuk mendapatkan informasi menarik lain, kunjungi VOI.ID.