JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menilai rencana pemerintah menghapus golongan pelanggan listrik 450 volt ampere (VA) terkesan terburu-buru dan tidak berperasaan.
"Jangan sampai kesalahan pemerintah merencanakan kebutuhan listrik ditimpakan kepada rakyat kecil. Ini tidak adil. Apalagi saat ini masyarakat sedang sulit, karena pandemi COVID-19 yang belum usai, kenaikan harga BBM, serta kenaikan harga bahan makanan. Apa pemerintah sudah tidak mampu lagi renegosiasi dengan pihak pembangkit listrik swasta (IPP) untuk mengerem tambahan pembangkit baru dalam upaya menekan surplus listrik,” kata Mulyanto dalam keterangan kepada media, Jumat, 16 September.
Ia meminta pemerintah cermat dan komprehensif mengatasi surplus listrik (over supply) PLN.
"Jangan sampai rakyat dikorbankan dengan menghapus daya pelanggan 450 VA," tegasnya.
Terkait introduksi listrik dari sumber energi baru-dan energi terbarukan (EB-ET), menurutnya, pemerintah jangan didikte oleh pihak internasional dan mengorbankan masyarakat.
Kalaupun pemerintah akan menghapus pelanggan listrik berdaya 450 VA dan mengalihkannya ke daya 900 VA, lanjutnya, sebaiknya subsidi listrik tetap diberikan.
“Jangan subsidinya ikut dihapus. Ini akan memberatkan rakyat. Kemudian perpindahan daya listrik PLN dari 450 VA ke 900 VA tersebut diberikan secara gratis tanpa dipungut biaya apa pun,” imbuhnya.
Mulyanto mengingatkan pemerintah konsultasi dahulu dengan Komisi VII DPR RI, yang menangani masalah energi ini, sebelum mengambil kebijakan terkait listrik, yang berdampak luas bagi masyarakat.
"Kalau caranya seperti ini, sudah melanggar pakem ketatanegaraan kita. Komisi VII DPR RI dalam waktu dekat akan memanggil pihak terkait meminta keterangan soal ini,” terang Mulyanto.
BACA JUGA:
Asal tahu saja, Pemerintah berencana menghapus penggunaan listrik 450 VA dalam rangka menyerap listrik milik PT PLN (Persero) yang saat ini sedang mengalami over supply.
PLN tengah mengalami over supply listrik sebanyak 6 Giga Watt (GW) saat ini.
Tahun depan akan ada pembangkit listrik baru yang akan beroperasi dan mengakibatkan adanya tambahan over suplai sebesar 1,4 GW menjadi 7,4 GW.
“Belum lagi, pemerintah sedang menggemborkan produksi listrik dari Energi Baru dan Energi Terbarukan. Listrik EBET akan masuk di tahun 2030. Bila ini terjadi, maka diperkirakan over supplay listrik yang dihadapi oleh PLN akan semakin membengkak menjadi 41 GW,” pungkasnya.