Mendag Zulhas soal Gejolak Harga Ayam: Kendala Distribusi Kurang Merata
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. (Foto: Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perdangangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan bahwa gejolak harga ayam saat ini karena kendala distribusi yang kurang merata.

Selain itu, juga karena produksi yang lebih besar permintaan yang ada.

Hal ini disampaikan Zulkifli Hasan dalam pertemuan dengan peternak ayam yang berasal dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar); Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN); serta perwakilan peternak dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan wilayah sentra lainnya.

Pertemuan yang berlangsung di Kantor Kementerian Perdagangan itu membahas upaya peningkatan harga ayam di kandang.

"Gejolak harga tersebut disinyalir terjadi akibat kendala distribusi yang kurang merata serta kondisi supply-demand, yaitu produksi lebih besar dibandingkan permintaan," katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 2 September.

Zulhas sapaan akrab Zulkifli Hasan menjelaskan, harga ayam hidup di tingkat peternak saat ini Rp14.000 hingga Rp17.000 per kg. Harga tersebut sangat rendah di bawah harga keekonomian yang seyogianya berkisar Rp21.000 hingga Rp23.000 per kg.

Sedangkan rata-rata harga nasional daging ayam ras di tingkat eceran berkisar Rp33.000 hingga Rp36.000 per kg.

Dalam pertemuan tersebut, sambung Zulhas, para peternak menyampaikan, gejolak harga yang terjadi saat ini dianggap belum pernah berpihak kepada peternak.

Kata Zulhas, peternak mengatakan ketika harga berada di atas harga acuan yang diatur dalam Permendag Nomor 07 Tahun 2020, peternak sering kali dimintai keterangan oleh satgas pangan Polri.

Sedangkan ketika harga di bawah harga acuan, peternak merasa belum pernah diberikan bantuan yang konkret oleh Pemerintah.

Selain itu, kata Zulhas, perlu adanya penyesuaian harga acuan karena sudah terjadi penyesuaian harga akibat kenaikan biaya logistik dan pakan.

"Kenaikan harga pakan dipengaruhi oleh kenaikan harga komponennya antara lain soy bean meal (SBM) atau bungkil kedelai hasil olahan sisa atau ampas minyak kedelai yang berasal dari pasokan impor dan jagung. Harga SBM saat ini mulai menurun seiring penurunan harga gandum, namun masih cenderung tinggi," ucapnya.

Menindaklanjuti hasil pertemuan, Zulhas menyampaikan rencananya untuk bertemu dengan perusahaan-perusahaan terintegrasi guna membahas upaya peningkatan harga ayam di peternak.

Selain itu, lanjut Zulhas, Kementerian Perdagangan juga tengah berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk memobilisasi daging ayam ras dari wilayah surplus (harga anjlok) ke wilayah defisit (harga tinggi) melalui subsidi angkut dan tol laut serta mendorong penerapan rantai pasok dingin (yang diawali dengan perdagangan ayam tanpa bulu di wilayah DKI Jakarta).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2021 tentang Badan Pangan Nasional, Bapanas kini memegang kewenangan terkait distribusi dan stabilisasi pangan harga pokok.

Per 30 Agustus 2022 harga nasional daging ayam ras di tingkat eceran tercatat sebesar Rp35.000 per kg, turun 0,28 persen dibandingkan minggu lalu Rp35.100 per kg, dan turun 2,78 persen dibandingkan bulan lalu Rp36.000 per kg.

Sedangkan harga ayam ras di tingkat peternak sebesar Rp18.670 per kg turun 10,3 persen dibandingkan minggu lalu Rp20.820 per kg, dan turun 8,8 persen dibandingkan bulan lalu Rp20.480 per kg.