JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan meningkatnya kinerja pasar modal Indonesia harus dibarengi dengan peningkatan literasi dan inklusi keuangan maupun investasi masyarakat.
Ia meminta masyarakat untuk mempelajari dan memahami terlebih dahulu manfaat hingga risiko dalam berinvestasi di pasar modal. Masyarakat juga diminta untuk tidak menggunakan sumber dana dari kebutuhan pokok, dana darurat, maupun hasil pinjaman dalam bertransaksi di pasar modal.
”Fenomena ini menggembirakan, namun juga perlu dicermati, seperti upaya meningkatkan pemahaman tentang investasi pada instrumen keuangan yang memadai, sehingga tidak terjadi herd behaviour, noise trading maupun investing in bubble, untuk mencapai yield yang tinggi tanpa memperhitungkan risiko legalitas produk serta logika.” kata Inarno dalam webinar Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LikeIt) oleh OJK yang diberitakan Antara, Kamis 1 September.
Ia mengatakan literasi dan inklusi investor Indonesia masih rendah di tengah naiknya kinerja pasar modal, sehingga diperlukan berbagai upaya oleh semua pihak untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman investor terhadap pasar ini.
Ia menjelaskan penyebab masih rendahnya literasi dan inklusi investor pasar modal Indonesia, yakni terbatasnya channeling distribution di daerah dan belum optimalnya infrastruktur jaringan pemasaran dalam menambah jumlah basis investor domestik.
BACA JUGA:
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) oleh OJK pada 2019, juga menunjukkan indeks literasi keuangan masih di angka 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan di angka 76,19 persen. Hal ini menunjukkan belum pahamnya masyarakat Indonesia dengan karakteristik berbagai produk dan layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan formal.
Inarno menjelaskan, per 31 Agustus 2022, kinerja pasar modal Indonesia sedang mengalami peningkatan, yakni IHSG mengalami pertumbuhan sebesar 9,07 persen year to date (ytd) dengan berada di posisi 7.178. Kemudian nilai kapitalisasi pasar juga tumbuh sebesar 13,45 persen ytd mencapai Rp9.632 triliun.
Ia melanjutkan, per 25 Agustus 2022, investor pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 3,7 kali lipat menjadi 9,4 juta investor dari yang sebelumnya sebanyak 2,5 juta investor pada 2019 atau periode sebelum pandemi COVID-19.
Ia menyebut kinerja IHSG dan kapitalisasi pasar ini termasuk yang tertinggi di kawasan ASEAN, dan hal ini menggambarkan pasar modal Indonesia masih menarik bagi investor asing maupun domestik.
Sementara itu, dengan jumlah penduduk sebanyak 270,2 juta jiwa, rasio pasar modal Indonesia masih rendah dengan berada di kisaran 3,46 persen.