JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut hingga Juli 2022 telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan bahwa torehan apik bulan lalu bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas.
"Tetap kuatnya kinerja ekspor nonmigas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti bahan bakar mineral termasuk batu bara, CPO, serta produk manufaktur, seperti pulp dari kayu yang tercatat meningkat, didukung oleh harga komoditas global yang masih tinggi, " ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Selasa, 16 Agustus.
Menurut Erwin, ditinjau dari negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap kuat. Adapun, impor nonmigas masih tetap kuat pada seluruh komponen, sejalan dengan terus berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik.
"Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat meningkat dari 2,12 miliar dolar AS pada Juni 2022 menjadi 3,08 miliar dolar AS pada Juli 2022, sejalan dengan kenaikan impor migas di tengah penurunan ekspor migas," tuturnya.
BACA JUGA:
Secara umum, Erwin menjelaskan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2022 kembali mencatat surplus, yakni 4,23 miliar dolar AS, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 5,15 miliar dolar AS.
Lebih lanjut, kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020. Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Juli 2022 secara keseluruhan mencatat surplus 29,17 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 15,95 miliar dolar AS.
Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional," tutup Erwin.