OneMed Gencar Memproduksi Alat Kesehatan Anak Bangsa untuk Mendukung Kemandirian Nasional
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan mencatat jumlah produk alat kesehatan (alkes) dari luar negeri yang beredar di Indonesia mencapai 154.041 atau sekitar 87,3 persen, jauh lebih besar dibandingkan dengan produk lokal yang hanya 22.422 atau 12,7 persen hingga Juli 2022.

Sementara itu, Kementerian Keuangan melaporkan bahwa total impor alat kesehatan (alkes) pada 2021 mencapai Rp9,17 triliun dengan jumlah fasilitas insentif sebesar Rp1,79 triliun, hampir 20 persen atau seperlima dari nilai impor produk alkes.

Apalagi Presiden Joko Widodo, sejak akhir tahun 2021, juga telah mewanti-wanti agar Indonesia tidak terus menerus impor obat-obatan maupun alat kesehatan agar Indonesia lebih mandiri dalam bidang kesehatan.

Potensi industri alat kesehatan ini tidak main-main karena berkaitan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa, di mana proporsi rumah tangga kelas menengah diproyeksikan mencapai 30,2 persen pada 2026, dari sekitar 29,7 persen pada 2020 seiring dengan meredanya pandemi (IMF, WEO April 2022).

Sepanjang periode 1 Januari hingga 30 Juni 2022, Kemenkeu juga mencatat nilai impor alkes mencapai Rp887 miliar dengan jumlah fasilitas atau insentif senilai Rp202 miliar atau sekitar 22 persen dari total nilai impor.

Adapun, rasio belanja kesehatan terhadap GDP di Indonesia pada 2015 dan 2021 (proyeksi) masing-masing 2,9 persen dan 3,2 persen, lagi-lagi jauh dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 10,7 persen dan 12,3 persen.

Padahal, menurut estimasi IMF (dalam WEO April 2022), pertumbuhan tahunan majemuk (compound annual growth rate/CAGR) nominal GDP Indonesia sepanjang 2021 hingga 2026 bakal mencapai 7,1 persen (dibandingkan dengan CAGR 2015-2021 sebesar 4,4 persen), jauh melampaui Jepang yang diproyeksikan hanya sebesar 4,7 persen.

Tak heran jika pertumbuhan CAGR penjualan alat-alat kesehatan di Tanah Air diprediksi mencapai 10,1% pada periode 2021 hingga 2026, dari hanya Rp57 triliun pada 2020 menjadi Rp102,2 triliun pada 2026.

Komitmen PT Jayamas Medica Industri atau OneMed

PT Jayamas Medica Industri (JMI), yang dikenal dengan brand OneMed didirikan oleh Dr Jemmy Hartanto pada tahun 2000 di Jawa Timur, sebagai salah satu produsen alat kesehatan terintegrasi terkemuka di Tanah Air.

Sebagai perusahaan alat-alat kesehatan habis pakai dengan produk-produk buatan lokal terbanyak di Indonesia, PT Jayamas Medica Industri terus agresif berekspansi menjaga pertumbuhan sepanjang 2019-2021.

Tahun 2006, Dr Jemmy Hartanto memperluas pabrik Krian menjadi fasilitas seluas 8.000 meter persegi dengan 500 karyawan dan menambahkan jarum suntik sekali pakai ke dalam portofolio perusahaan.

Selanjutnya, perseroan berhasil mengantongi sertifikasi ISO 13485 untuk Sistem Manajemen Mutu untuk Alat Kesehatan dan menerima sertifikasi Cara Pembuatan dan Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dari Kementerian Kesehatan RI pada 2013.

Berikutnya, Jayamas Medica telah menerima kualifikasi ISO 9001 tentang Sistem Manajemen Mutu sejak tahun 2005 hingga sekarang.

Berbekal dua kendali mutu tersebut, pada 2016, Dr Jemmy Hartanto percaya diri untuk mendirikan pabrik kedua di Mojoagung dengan total luas lahan 23.707 meter persegi dan juga mulai mengakumulasi land bank di Lamongan, Jatim, untuk mengantisipasi ekspansi perseroan di masa mendatang.

Pada tahun berikutnya, Jayamas menerima Penghargaan Bidang Kesehatan Indonesia dari Kementerian Kesehatan dan Penghargaan Kreasi Lokal untuk Farmasi dan Peralatan Medis untuk Uro OneFoley-Catheter. Pada 2020, Dr Jemmy Hartanto mulai melakukan restrukturisasi untuk mengkonsolidasikan bisnis Grup sehingga perusahaan kini memiliki 99% saham PT Intisumber Hasil Sempurna Global (IHSG), yang menjalankan lini bisnis distribusi yang sebelumnya dipegang oleh PT Intisumber Hasil Sempurna (IHS).

Di tahun ini pula, Jayamas menyediakan 50 juta keping alkohol swab sebagai dukungan penuh untuk Kementerian Kesehatan dalam menanggapi pandemi COVID-19, disamping menerima sertifikat EC (European Conformity) untuk Alat Kesehatan Jaminan Kualitas Produksi dari TÜV Rheinland untuk jarum suntik sekali pakai dengan jarum dan jarum suntik sekali pakai tanpa jarum.

Pada 2021, Jayamas Medica Industri mengakuisisi 51% saham PT Inti Medicom Retailindo, lini bisnis ritel perseroan di toko ritel offline dan online serta mengakuisisi land bank di Mojoagung untuk Pabrik Mojoagung II dan Wonosalam serta menyelesaikan akumulasi lahan untuk land bank di Lamongan.

Melalui perjalanan panjang dalam mengembangkan sejumlah fasilitas tersebut, Jayamas Medica kini sudah memiliki sedikitnya 3.200 stock keeeping unit (SKU) aktif yang bertebaran di enam kategori (per 31 Maret 2022).

"Pada 2021, segmen yang berkontribusi paling besar pada pendapatan perseroan adalah kategori Medical Disposable and Consumables sebesar 64,6 persen, disusul Antiseptic and Dialysis (13,8 persen), Diagnostic and Equipment (13,6 persen), Biotechnology and Laboratory (4,2 persen), Hospital Furniture (2 persen), dan Walking Aids and Rehabilitation (1,8 persen)," kata pendiri sekaligus Presiden Komisaris JMI Dr Jemmy Hartanto, dalam keterangannya, dikutip Senin 15 Agustus.

Hampir lebih dari dua dekade beroperasi, Jayamas kini memiliki 1 pusat distribusi di Gresik, Jawa Timur, 20 kantor cabang/ gudang, dan 19 kantor penjualan yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera (per 31 Maret 2022). Total land bank perseroan yang siap digunakan untuk ekspansi tercatat lebih dari 163.719 meter persegi.

Selain itu, perseroan juga memasok 1.700 rumah sakit di Indonesia, dari total sekitar 2.985 RS. Perseroan juga menggandeng 3.475 apotek dan gerai alat kesehatan.

Adapun, Direktur Marketing PT Jayamas Medica Industri, Louis Hartanto menyatakan perseroan berencana menambah 1 pusat distribusi baru di Jakarta sehingga total ada 2 pusat distribusi. Selain itu, perseroan juga akan membangun 15 gudang baru di sejumlah titik lokasi penting guna mengefisienkan dan mengefektifkan proses.

PT Jayamas Medica Industri kini juga tercatat sebagai produsen alat-alat kesehatan habis pakai buatan anak bangsa terbanyak di Tanah Air dengan 493 produk asli Indonesia atau 4,87 persen dari total 10.109 alat kesehatan yang terdaftar di Kementerian Kesehatan.

Di tahun 2022 ini, demi mengerek penetrasi alat Kesehatan buatan anak bangsa ke seluruh pelosok Indonesia, perseroan siap berekspansi dengan mengembangkan fasilitas di tanah milik perseroan di Mojoagung II, Wonosalam Jombang, dan Lamongan serta membangun fasilitas baru di Kawasan Industri Terpadu Batang atau KITB.

Terkait