Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengaku telah menyiapkan skenario terburuk jika harga minyak dunia terus melambung hingga menyentuh angka 200 dolar AS per barel.

Ia memperkirakan subsidi energi bisa menembus Rp1.000 triliun jika hal itu terjadi.

Adapun saat ini Kementerian ESDM menetapkan Indonesian Crude Price (ICP) naik dari 109,61 dolar AS per barel menjadi 117,62 dolar AS per barel pada Juni 2022.

"Kalau worst case bisa jadi 200 dolar per barel. Kalau jadi 200 dolar per barel, kalikan saja dengan subsidi energi saat ini," ujarnya di Jakarta, Kamis, 28 Juli.

Untuk informasi, saat ini besaran subsidi dan kompensasi energi untuk tahun 2022 dialokasikan sebesar Rp502,4 triliun.

Arifin menambahkan, untuk itu pihaknya berupaya membatasi konsumsi BBM solar bersubsidi dan BBM penugasan seperti pertalite dengan merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.

Arifin menargetkan revisi Peraturan Presiden Nomor 191/2014 akan rampung Agustus mendatang.

"Insya Allah (Agustus), kita harus kerja cepat ini. Item-itemnya sudah ada," ujarnya.

Terkait item usulan, Arifin masih enggan buka suara. Pasalnya, pemerintah kini tengah berfokus untuk menindaklanjuti izin prakarsa yang sudah terbit.

"Izin prakarsa itu sudah dikeluarkan, sekarang ini akan kita tindaklanjuti untuk melakukan perbaikan-perbaikan dari yang sebelumnya disesuaikan dengan situasi yang ada," lanjutnya.

Pemerintah tengah menggodok revisi Perpres Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual eceran Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mengatur pembatasan penerima BBM bersubsidi dan penugasan.

Melalui revisi Perpres itu, pemerintah berharap BBM jenis solar subsidi dan pertalite lebih tepat sasaran.