JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melepas ekspor baja jenis steelplate, structural beam, dan welded beam produksi PT Gunung Raja Paksi Tbk senilai 4 juta dolar AS ke Dunedin Hospital di Selandia Baru.
"Saya tahu, Selandia Baru memiliki kualifikasi yang ketat. Dan ekspor ini merupakan bukti pengakuan bahwa kualitas baja produksi Indonesia yang world class dan diterima dengan baik," kata Mendag di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dikutip dari Antara, Selasa 26 Juli.
Untuk itu, Mendag meminta agar capaian itu dijaga dan ditingkatkan karena ke depan pemerintah ingin meningkatkan kualitas produk, barang dan jasa serta investasi Indonesia. Hal itu agar meningkatkan citra Indonesia sebagai negara Industri dan semoga memberi sumbangsih yang lebih besar bagi kesejahteraan masyarakat.
Zulkifli memaparkan Selandia Baru saat ini belum tercatat sebagai negara tujuan utama ekspor besi dan baja Indonesia, namun Mendag menyatakan kegembiraannya karena PT Gunung Raja Paksi dapat menembus pasar potensial tersebut.
"Saya berharap ke depannya Selandia Baru dapat menjadi salah satu negara tujuan utama ekspor besi dan baja Indonesia," ujar Zulkifli.
Menurut Zulkifli, produk baja PT Gunung Raja Paksi telah digunakan di beberapa proyek bergengsi diantaranya perluasan Los Angeles Airport (Lax), Sydney Indoor Stadium, dan konstruksi pabrik Lucid Motors yang merupakan produsen kendaraan mewah berbahan bakar listrik di Amerika Serikat.
Selain itu, beberapa proyek di Selandia Baru, di antaranya Metro Stadium Christchurch, University of Auckland Building 507, dan Waimakiri Bridge.
"Untuk itu, saya ingin memberikan tantangan kepada PT Gunung Raja Paksi untuk dapat melipat gandakan ekspornya tidak saja ke negara tujuan utama tetapi juga ke negara-negara potensial seperti Selandia Baru," ujar Mendag.
BACA JUGA:
Mendag juga meminta agar perusahaan manfaatkan berbagai perjanjian dagang yang Indonesia miliki dengan berbagai negara di dunia, seperti Jepang, Australia, Swiss, Norwegia, Pakistan, Korea Selatan, Chile, Mozambique, UAE, negara-negara ASEAN, serta anggota RCEP.
"Kesemuanya telah memberikan perlakukan istimewa dalam bentuk tarif, sehingga peluang masuk ke pasar tersebut lebih lebar," tukas Mendag.
Diketahui, industri besi dan baja dikenal dengan sebutan mother of industries atau ibunya industri, karena produksinya digunakan untuk mendorong perkembangan industri lainnya.
Mendag menambahkan Indonesia saat ini merupakan eksportir besi dan baja terbesar ke-10 dunia pada 2021 dengan pangsa 3,37 persen
Tren pertumbuhan ekspor besi dan baja Indonesia dalam lima tahun terakhir adalah yang terbesar diantara 30 besar eksportir besi dan baja dunia, yaitu sebesar 49,3 persen.