Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai diperlukan upaya memperkuat arsitektur kesehatan global dari seluruh negara di dunia untuk mengatasi tantangan kesehatan saat ini dan mempersiapkan potensi pandemi di masa depan.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kemenkeu Wempi Saputra mengatakan inisiatif ini terus didorong pemerintah dalam mengemban amanah Presidensi G20 Indonesia periode 2022.

“Kerja sama global menjadi penting mengingat fakta bahwa setiap negara memiliki kapasitas yang sangat bervariasi dalam mengatasi ancaman kesehatan,” ujarnya dalam keterangan resmi ketika berbicara di forum Halal Pharmaceutical and Healthcare Ecosystem Industry, Kamis, 7 Juli.

Menurut Wempi, Indonesia sebagai Presiden G20 telah menetapkan tiga agenda prioritas yang salah satunya terkait dengan penguatan arsitektur kesehatan global.

Prioritas pada agenda kesehatan akan dicapai melalui koordinasi antara keuangan dan kebijakan kesehatan dalam pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon pandemi (Prevention, Preparedness, and Response/PPR), serta penguatan sistem kesehatan dan pembiayaan global.

“Pada Juni 2022, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Keuangan Indonesia menyelenggarakan 1st G20 Joint Finance and Health Ministers Meeting (JFHMM) di bawah Presiden G20 Indonesia. Pertemuan tersebut dihadiri oleh anggota G20, undangan, dan organisasi internasional,” tuturnya.

Wempi menjelaskan, JFHMM diselenggarakan untuk membahas beberapa kemajuan yang telah dicapai oleh Joint Finance and Health Task Force (JFHTF) terhadap kebijakan PPR antara lain perkembangan pembentukan Financial Intermediary Fund (FIF) dan mengembangkan rencana koordinasi antara Keuangan dan Kesehatan.

Lebih lanjut Wempi menyampaikan, terkait mekanisme pembiayaan FIF yang baru, menteri keuangan dan menteri kesehatan G20 menyepakati perlunya mekanisme pembiayaan multilateral baru yang didedikasikan untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan PPR pandemi.

“Nantinya penempatan dana ini akan berada di World Bank sebagai trustee,” kata dia.

Sebagai informasi, saat ini jumlah dana yang terkumpul mencapai 1,1 miliar dolar AS dalam FIF yang dikontribusikan untuk penanganan pandemi. Angka tersebut sudah termasuk kontribusi sebesar 50 juta dolar AS dari Indonesia.

“Pertemuan tersebut juga mengangkat isu semangat inklusivitas dalam penanganan pandemi global. Inklusivitas menjadi hal terpenting agar semua upaya dapat dipadukan antara Kementerian Keuangan dan Kesehatan, serta antara negara maju dan berkembang. Hanya dengan begitu kita dapat secara efektif siap menghadapi pandemi global berikutnya bersama-sama,” tutup Wempi.