Bagikan:

JAKARTA - Kinerja ekspor industri pengolahan sepanjang Januari-Mei 2022 mencapai 83,73 miliar dolar AS atau tumbuh 25 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 66,99 miliar dolar AS. Nilai pengapalan sektor industri memberikan sumbangsih tertinggi, dengan menembus 72,83 persen dari total nilai ekspor nasional selama lima bulan ini yang menyentuh 114,97 miliar dolar AS.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan jumlah ekspor itu seiring dengan kinerja ekspor industri pengolahan pada Mei 2022. Pada periode ini ekspor industri pengolahan mencapai 14,14 miliar dolar AS atau naik 7,78 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu, sebesar 13,12 miliar dolar AS.

Sektor industri memberikan kontribusi paling besar hingga 65,73 persen terhadap capaian total nilai ekspor pada Mei 2022 yang mencapai 21,51 miliar dolar AS.

Sementara dari sisi negara tujuan ekspor, Tiongkok memimpin nilai terbesar atau mencapai 4,59 miliar dolar AS setara 22,95 persen, diikuti India sebesar 2,26 miliar dolar AS (11,27 persen), dan Amerika Serikat sebesar 2,05 miliar dolar AS (10,26 persen). Sementara itu, nilai ekspor Indonesia ke pangsa pasar ASEAN menembus 4,7 miliar dolar AS (20,34 persen) dan nilai pengapalang ke Eropa mencapai 1,46 miliar dolar AS (7,28 persen).

“Capaian ekspor dari sektor industri manufaktur berkontribusi terhadap neraca perdagangan Indonesia yang terus melanjutkan tren surplusnya pada Mei 2022, dengan nilai mencapai 2,89 miliar dolar AS. Tren surplus ini dialami sejak Mei 2020 atau selama 25 bulan berturut-turut,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa 21 Juni.

Menperin menjelaskan, kinerja neraca perdagangan yang kembali mencatatkan nilai surplus perlu disyukuri karena menjadi modal dalam menopang upaya pemulihan ekonomi nasional yang masih berlangsung. “Sebagai salah satu langkah mempertahankan surplus neraca perdagangan, pemerintah terus berupaya mendorong ekspansi pasar ekspor ke berbagai negara,” tuturnya.

Menurut Agus, sektor-sektor industri di Indonesia semakin agresif dalam memperluas pasar ekspornya seperti ke negara-negara Eropa, di antaranya Belanda, Jerman dan lainnya. Negara-negara tersebut sedang terdampak soal pasokan barang akibat perang Rusia-Ukraina. “Kami juga aktif memacu produk-produk industri kecil dan menengah (IKM) bisa go international,” ujarnya.

Lebih lanjut, kemampuan sektor industri menembus pasar ekspor menunjukkan bahwa produk karya anak bangsa diakui dan diminati oleh mancanegara karena sesuai standar dan kualitas yang berlaku. Contohnya, Indonesia telah berhasil ekspor mobil ke pasar Australia, yang membuktikan bahwa produk kendaraan Indonesia memiliki daya saing.

“Mobil tersebut sudah berstandar Euro 4, yang menjadi klasifikasi atau persyaratan dari Australia. Itu suatu hal yang sangat membanggakan, artinya Indonesia sudah bisa memproduksi mobil-mobil dengan standar emisi yang ditetapkan oleh negara seperti Australia dan Eropa,” paparnya.

Menperin menegaskan, pemerintah semakin mendorong kerja sama bilateral maupun multilateral yang dapat memperluas akses pasar produk-produk industri nasional yang kompetitif di kancah global. “Termasuk forum-forum dalam rangkaian Presidensi G20 Indonesia yang bisa menjadi media yang dapat dioptimalkan untuk mencapai tujuan kerja sama internasional tersebut,” imbuhnya.