Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan bahwa situasi perekonomian global saat ini sedang tidak baik-baik saja dan diliputi oleh ketidakpastian yang semakin berlanjut.

Menurut dia, terjadinya perang di Ukraina telah menjadi katalisator kuat dalam peningkatan harga komoditas penting dunia. Hal ini kemudian diikuti oleh kenaikan inflasi di hampir seluruh negara.

“Kenaikan dari harga-harga dan inflasi direspon dalam bentuk kebijakan moneter yang makin ketat dan interest rate yang meningkat. Ini menyebabkan cost of money dari setiap pembiayaan menjadi lebih mahal,” ujarnya ketika menghadiri rapat kerja dengan DPD RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 7 Juni.

Menkeu menambahkan, kenaikan suku bunga dan likuiditas cenderung akan menciptakan volatilitas atau guncangan di pasar keuangan global, terutama pada sektor pasar surat utang negara.

“Ini harus kita antisipasi. Di seluruh dunia terjadi tren yang risikonya bergeser, dari tadinya masalah penyakit yang bisa berimbas ke sosial ke ekonomi keuangan, sekarang menjadi masalah keuangan yang bisa berimbas ke masalah sosial hingga politik,” tuturnya.

Lebih lanjut, bendahara negara menerangkan pula jika dengan adanya inflasi tinggi dengan tekanan pengetatan moneter bakal munculnya fenomena stagnasi.

“Stagnasi ini yaitu inflasi yang tinggi yang direspon dengan kebijakan pengetatan yang kemudian menyebabkan resesi atau stagnasi terhadap perekonomian (pertumbuhan ekonomi mandek atau malah turun). Inilah yang akan menjadi kombinasi yang harus kita waspadai dan mesti dikelola secara baik,” jelas dia.

Meski demikian, situasi Indonesia disebut Menkeu cukup beruntung sebab sejumlah komoditas yang mengalami lonjakan nilai jual sebenarnya bisa diproduksi di dalam negeri.

“Harga komoditas di seluruh dunia yang naik, seperti gas, minyak bumi dan batu bara ini paling tidak Indonesia memiliki meski juga ada yang harus impor,” katanya.

Sebagai informasi, salah satu indikator tekanan ekonomi adalah meningkatnya angka inflasi. Di dalam negeri, level inflasi konsisten naik sejak Februari 2022 dari sekitar 2 persen year on year (yoy) menjadi lebih dari 3,5 persen pada akhir Mei 2022.

Situasi lebih buruk malahan terjadi di beberapa negara dengan perkembangan inflasi hingga dua digit, seperti Turki dengan inflasi 73 persen, Argentina 58 persen, Rusia 17 persen, Brazil 12 persen, dan Inggris 9 persen.