JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, sebanyak 13 dari 14 unit plant di Kilang Balikpapan beroperasi normal.
Hal tersebut akan memperkecil potensi impor Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Potensi impor sangat kecil. Apalagi untuk recovery Plant 5 (yang terganggu), Pertamina sudah menyatakan akan selesai dalam waktu tujuh hari," ujar Mamit dikutip dari Antara, Rabu.
Dikatakan Mamit, insiden kebakaran di Kilang Balikpapan hanya mengganggu operasional unit Plant 5.
Tangki Plant 5, lanjutnya, bukan berisi BBM, tapi bahan baku pembuat Pertamax yakni High Octane Mogas Component (HOMC).
Masih kata Mamit, perbaikan Plant 5 ini membutuhkan waktu selama tujuh hari. Akan tetapi, Pertamina masih memiliki cadangan BBM untuk 20 hari ke depan.
"Menurut saya cadangan tersebut masih bisa dioptimalkan untuk menjamin ketersediaan bahan bakar. Dan itu dilakukan tanpa melalui penambahan impor. Apalagi, volume penjualan Pertamax bukan terbesar, hanya sekitar 13 persen,” ujarnya.
Selain stok cadangan, lanjutnya, Pertamina juga memiliki Kilang Balongan dan Cilacap yang masih bisa dioptimalkan untuk produksi dalam negeri.
Meski tidak beroperasinya satu unit di Balikpapan, tidak akan serta-merta membuat Pertamina melakukan impor.
"Jadi yang penting memang optimalisasi dulu di dalam negeri," katanya.
Terkait rencana pemulihan dalam waktu tujuh hari, Mamit meyakini Pertamina mampu melakukan hal itu.
Sebab, Pertamina tentu sudah memperhitungkan dengan cermat, termasuk terkait penyediaan peralatan, serta vendor melakukan perbaikan tersebut.
Bahkan, mekanisme juga bisa dipercepat ketika posisi mendesak. Dalam hal ini, bisa jadi akan ada penambahan waktu atau tenaga kerja.
"Mungkin kalau sebelumnya hanya bekerja satu shift, sekarang bisa ditingkatkan menjadi tiga shift. Makanya, kalau Pertamina bisa memenuhi perbaikan tujuh hari, maka memang sangat kecil potensi impor," ujarnya.