Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai bahwa kinerja neraca perdagangan yang mencetak surplus 7,56 miliar dolar AS pada April 2022 merupakan sinyal pemulihan dan penguatan ekonomi pada awal tahun ini berjalan dengan baik.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan surplus neraca perdagangan yang tinggi akan berdampak semakin positif bagi pembentukan produk domestik bruto (PDB) di kuartal II 2022.

Selain itu, dia juga mengungkapkan jika kondisi tersebut turut menopang stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan risiko global sehingga menjadi bantalan stabilitas ekonomi Indonesia.

“Bila dibandingkan dengan 2021, maka arah penguatan di periode 2022 diperkirakan jauh lebih baik. Hal ini disebabkan kondisi surplus neraca perdagangan yang lebih besar, serta pandemi yang semakin mengarah ke endemi yang memperkecil hambatan mobilitas,” ujarnya dalam keterangan pers, Rabu, 18 Mei.

Menurut Febrio, torehan gemilang di empat bulan pertama tahun ini melanjutkan tren surplus selama 24 bulan berturut-turut dan menjadi bukuan terbesar sepanjang sejarah.

“Kinerja ekspor dan impor Indonesia di April 2022 ini menunjukkan kondisi yang lebih positif dibandingkan bulan dan periode yang sama pada tahun sebelumnya,” tutur dia.

Febrio menambahkan, potensi penguatan nilai ekspor masih akan terus tinggi seiring tren positif harga komoditas di pasar global yang diperkirakan masih berlanjut. Hal ini juga terus diimbangi dengan baik oleh pertumbuhan ekspor nonmigas yang konsisten kuat.

“Ini bukti nyata perbaikan struktur ekonomi yang fundamental. Pemerintah akan terus berupaya agar perbaikan ini berkesinambungan,” tegas dia.

Lebih lanjut, anak buah Sri Mulyani itu menerangkan pemerintah terus memantau potensi dampak ketegangan Rusia-Ukraina salah satunya melalui transmisi volume dan harga komoditas global.

Di satu sisi, kenaikan harga komoditas global membawa dampak positif pada ekspor kita khususnya terkait komoditas energi, mineral dan logam dimana Indonesia mengekspor dalam jumlah yang besar sehingga menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

“Menguatnya ekspor diharapkan terus menopang surplus neraca perdagangan sehingga terus memberikan dampak positif bagi aktivitas sektor riil. Likuiditas yang meningkat yang diperoleh dari aktivitas ekspor akan berdampak positif bagi aktivitas konsumsi dan investasi domestik, sehingga diharapkan dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi,” katanya.

Febrio memastikan pemerintah akan terus mewaspadai dampak tak langsung dari konflik Rusia-Ukraina, baik terkait pelemahan kinerja ekonomi global maupun terkait dengan lonjakan harga komoditas.

“Disrupsi perdagangan global akan menekan laju pemulihan ekonomi global yang diproyeksikan semakin melambat. Sementara itu, lonjakan kenaikan harga komoditas, khususnya energi dan pangan, akan mendorong kenaikan inflasi di dalam negeri. Oleh karena itu pemerintah akan menjaga kestabilan harga dan ketersediaan pangan serta energi, termasuk memberikan bansos tertentu kelompok berpendapatan rendah,” tutup dia.