JAKARTA - Guna menekan atau mengurangi ketergantungan impor LPG, penerapan diversifikasi energi perlu dilakukan lebih masif lagi dengan memanfaatkan berbagai sumber data alam yang ada di dalam negeri.
Menurut Anggota Dewan Energi Nasional Satya Widya Yudha, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi impor LPG. Salah satunya adalah meningkatkan pemanfaatan gas bumi, khususnya sebagai bahan bakar rumah tangga.
"Gas bisa digunakan untuk power, industri dan rumah tangga," kata Satya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 8 April.
Satya sebelumnya juga mengatakan, guna mengurangi impor LPG juga bisa dilakukan dengan memproduksikan Rich Gas 500 ribu ton per tahun mulai 2022. Selain itu dengan meningkatkan produksi LPG dari pengembangan kilang minyak.
"Langkah kelima dengan mengembangkan DME & metanol dari IUP BUMN dan PKP2B perpanjangan," jelasnya.
BACA JUGA:
Menurut Satya, mendorong pemanfaatan kompor listrik juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi impor LPG, sumber energi listrik tersebut bisa menjadi pengganti LPG sebagai bahan bakar rumah tangga.
"Penggunaan kompor listrik untuk rumah tangga dengan penggunaan energi yang kompetitif dan kontinuitas suplai listrik," ujar Satya.
Dengan melakukan berbagai langkah pengurangan gas impor tersebut, maka Indonesia dapat menghemat anggaran sebesar 4 miliar dolar AS per tahun mulai 2021 hingga 2040. Tentunya, ini akan berdampak pada Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
Satya pun merinci pada tahun 2030 kebutuhan LPG Indonesia sebesar 9,7 juta ton. Jika tanpa impor, maka pemenuhannya berasal dari LPG Eksisting sebesar 1,2 juta, jargas 1,1 juta, kompor listrik 2,1 juta, rich gas 0,5 juta, LPG dari kilang 1,8 juta, DMe dan Methanol 3 juta.