Jika COVID-19 jadi Endemik
Ilustrasi foto (Matthew Waring/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah studi memprediksi perkembangan pandemi COVID-19 di tahun-tahun mendatang. COVID-19 mustahil musnah. Virus corona akan menjadi endemik. Apa itu endemik dan bagaimana dampaknya bagi dunia? Seperti apa masa depan kita?

Januari lalu Nature menghimpun testimoni dan keterangan lebih dari seratus ahli penyakit menular, virologi, serta imunologi. 90 persen ahli yang terlibat langsung dalam penanganan pandemi COVID-19 itu berpendapat virus corona akan jaid endemik. Artinya virus corona akan hidup di tengah masyarakat selama bertahun-tahun ke depan.

"Memberantas virus ini (corona) dari dunia saat ini sama seperti mencoba merencanakan pembangunan jalur batu loncatan ke Bulan. Itu mustahil," kata Michael Osterholm, seorang ahli epidemiologi dari University of Minnesota di Minneapolis, Amerika Serikat, dikutip Senin, 1 Maret.

Meski berpotensi jadi endemik, dampak COVID-19 diperkirakan akan berkurang seiring waktu. Para ahli percaya dampak risiko COVID-19, baik itu kematian, infeksi, atau kebijakan-kebijakan yang diambil --termasuk lockdown-- akan berkurang seiring waktu.

Menurut para peneliti masa depan akan sangat bergantung pada kekebalan masing-masing orang. Jenis kekebalan yang dimaksud bermacam-macam, bisa melalui proses infeksi yang pernah menjangkiti seseorang atau vaksinasi.

Yang lebih alami, dampak virus corona dapat menurun karena perubahan pola hidup manusia --asupan makanan dan gaya hidup-- yang mengarah pada peningkatan imunitas. Selain itu dampak pandemi juga bisa sangat ditentukan oleh bagaimana virus corona itu berevolusi.

Jika COVID-19 jadi endemik

COVID-19, jika menjadi endemik, pada akhirnya akan seperti influenza. Empat penyakit lain yang disebabkan virus corona juga otomatis jadi endemik. Data menunjukkan keberadaan vaksin ditambah kekebalan yang didapat seseorang atau komunitas dari infeksi penyakit akan membantu.

Pada akhirnya, kematian akan menurun. Lockdown, jaga jarak sosial ataupun masker tak akan lagi diperlukan sebagaimana sebelumnya, sebab COVID-19 akan jadi penyakit musiman.

Di lain sisi, lebih dari sepertiga responden survei menyatakan virus corona dapat dihilangkan dari beberapa wilayah. Namun, di daerah lain, virus akan menetap.

Ilustrasi foto (Manuel Peris Tirado/Unsplash)

"Saya kira COVID-19 akan menghilang dari beberapa negara, tetapi dengan risiko reintroduksi berkelanjutan (mungkin musiman) dari tempat-tempat, di mana cakupan vaksin dan tindakan kesehatan masyarakat belum cukup baik,” kata Christopher Dye, ahli epidemiologi Universitas Oxford, Inggris.

“Kemungkinan besar virus jadi endemik. Namun pola yang diperlukan sulit untuk diprediksi,” ahli lain dari cabang ilmu virologi di Universitas Georgetown, Seattle, Washington, Amerika Serikat, Angela Rasmussen.

Perilaku virus

Satu hal yang mendasari keyakinan para ahli soal endemik virus corona adalah bahwa semua jenis virus corona yang beredar di dunia --OC43, 229E, NL63, dan HKU1-- menunjukkan perilaku itu. Menurut mereka, setidaknya ada tiga dari semua jenis virus corona yang mungkin telah beredar di tengah peradaban manusia selama ratusan tahun.

Dua di antara seluruhnya bahkan dinilai bertanggung jawab terhadap 15 persen masalah infeksi saluran pernapasan. Dengan data yang bersumber dari penelitian sebelumnya, Jennie Lavine dan rekannya mengembangkan model yang menampakkan bagaimana anak-anak yang pertama terjangkit virus ini di usia sebelum enam tahun mampu mengembangkan kekebalannya.

Lavine adalah ahli penyakit menular dari Emory University di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Dengan kemampuan anak-anak mengembangkan kekebalan alami, ditambah kekebalan komunitas yang terbentuk serta vaksinasi yang terus berjalan, berpuluh-puluh tahun ke depan, kita yang hari ini mengalami guncangan parah akibat virus corona akan melihat virus ini dengan cara berbeda. Tak ada lagi ketakutan dan kekhawatiran berlebih.

Ahli imunologi, Daniela Weiskopf dari La Jolla Institute for Immunology di California menyoroti perkembangan imun manusia. Menurutnya, tubuh setiap orang yang pernah terjangkit COVID-19 konon memiliki kemampuan untuk membentuk sel B memori, "yang dapat memproduksi antibodi jika infeksi baru muncul. Juga sel T yang dapat menghilangkan sel yang terinfeksi virus," katanya.

Kemampuan imunitas tubuh inilah yang amat menentukan bagaimana perkembangan pandemi COVID-19 ke depan. Jika orang-orang --dalam skala sebagian besar-- mengembangkan kekebalan seumur hidup terhadap virus corona --baik infeksi alami atau vaksinasi-- maka virus itu tidak mungkin menjadi endemik.

BERNAS Lainnya