Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan istrinya, Melania Trump dinyatakan positif COVID-19. Hal tersebut terjadi pada tahap terakhir kampanye Pilpres AS. Trump sebelumnya diperingatkan agar tidak melakukan kampanye yang melibatkan banyak orang, namun dia mengabaikan panduan para ahli untuk mencegah penyebaran penyakit.

Trump terakhir kali terlihat di depan umum pada Kamis, 1 Oktober sore, saat menuju Gedung Putih setelah perjalanan penggalangan dana di New Jersey. Dia tidak tampak sakit, namun tidak berbicara dengan wartawan saat masuk ke kediamannya.

Cueknya Trump untuk tetap melakukan kampanye langsung mungkin juga dikarenakan jajak pendapatnya yang makin membuat ia terpojok. Bagaimana tidak, menurut jajak pendapat dari RealClearPolitics, setelah debat perdana capres AS digelar, Joe Biden memimpin dengan 50,1 persen suara. Sementara, Trump 42,9 persen. Meski tipis, angka tersebut cukup mengkhawatirkan Trump yang terobsesi ingin kembali terpilih sebagai Presiden AS.

Selama berbulan-bulan, Trump menolak menggunakan masker di depan umum, kecuali dalam beberapa kesempatan, di mana ia juga berulang kali mempertanyakan efektivitas masker sambil mengejek Joe Biden yang lebih tertib masker. Tertinggal dalam jajak pendapat, dalam beberapa pekan terakhir Trump semakin sering mengadakan acara kampanye yang menyimpang dari pedoman kesehatan masyarakat.

Risiko tinggi Trump

Diagnosis tersebut merupakan ancaman kesehatan paling serius yang diketahui terhadap presiden AS yang sedang menjabat dalam beberapa dekade. Pada usia 74 tahun dan mengalami obesitas, Trump termasuk dalam kategori risiko tertinggi untuk komplikasi serius dari penyakit tersebut. COVID-19 telah menewaskan lebih dari 200.000 orang AS dan lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia.

Mengutip panduan CDC, orang dengan COVID-19 memiliki berbagai gejala, mulai dari yang ringan hingga parah. Gejala bisa muncul dalam waktu dua hingga 14 hari setelah terpapar virus. Tak cuma risiko secara kesehatan. Diagnosis positif bagi Trump juga berisiko bagi banyak agenda kampanyenya.

Diagnosis ini berarti dalam dua pekan ke depan, Trump tidak bisa melakukan kegiatan di luar demi kepentingan penyembuhan dan menghindari penularan virus ke orang lain. Dengan demikian, Trump akan melewatkan beberapa agenda.

Jadwal Trump sejatinya cukup padat. Ditinjau dari situs President's Public Schedule, dua pekan ke depan Trump memenuhi jadwalnya dengan mengunjungi beberapa kota untuk menyampaikan pidato kampanye. Pekan ini Trump dijadwalkan mengunjungi beberapa kota di Wisconsin dan Arizona.

Sebagian besar agenda telah dinyatakan batal. Namun pihak penyelenggara tidak memberikan informasi lebih detail terkait apakah acara tersebut akan berlangsung secara virtual atau benar-benar dibatalkan. 

Sementara, untuk jadwal pekan depan, belum diketahui, kota mana saja yang akan dikunjungi Trump. Namun, mengingat keterangan sebelumnya, di mana Trump menyatakan akan melakukan karantina, dipastikan Trump tidak akan melakukan kunjungan kampanye pada jadwal tersebut.

Debat capres kedua

Debat putaran kedua capres AS akan diselenggarakan pada 15 Oktober. Jika dihitung mulai hari ini, 15 Oktober merupakan hari ke-13 Trump terjangkit COVID-19. Jika mengikuti protokol kesehatan, tidak memungkinkan bahwa Trump mengikuti debat Capres AS secara tatap muka.

Meski demikian, hingga kini belum ada keterangan bagaimana nantinya debat kedua Capres AS akan diselenggarakan dengan keadaan Trump terjangkit COVID-19. Jika Trump terlalu sakit untuk memimpin negara, Wakil Presiden AS Mike Pence nantinya akan ditugaskan menjalani tugas presiden.

Jika Pence terjangkit COVID-19, Ketua DPR Nancy Pelosi kemungkinan besar akan mengambil alih. Pence dikhawatirkan ikut terjangkit COVID-19 karena ia menghadiri pengarahan gugus tugas COVID-19 di Gedung Putih bersama Trump, Senin, 28 September.