Bagikan:

JAKARTA - Tim penyelamat di Beirut terus menggali puing di sekitar lokasi ledakan 4 Agustus lalu. Penggalian makin intens dan dalam setelah temuan tanda kehidupan yang terdeteksi 30 hari pascaledakan.

Ledakan Beirut adalah salah satu yang terbesar hingga menghancurkan sebagian besar kota. Kamis, 4 September, tim pencari menyerbu daerah Mar Mikhael, lingkungan dekat episentrum ledakan bulan lalu. Mereka mengonfirmasi tanda pergerakan jauh di dalam puing makin kentara seiring pencarian.

Melansir CNN, Jumat, 4 September, tim penyelamat bekerja di bawah lampu sorot dalam kondisi musim panas yang lembab untuk menghilangkan bagian-bagian dinding dengan derek. Sementara, kerumunan gelisah berdiri mengelilingi mereka, penasaran dengan kabar terbaru kehidupan di bawah puing.

Sebelumnya, seekor anjing yang menyisir puing bersama tim penyelamat dari Chile bereaksi terhadap tanda kehidupan di sekitar. Eddy Bitar, seorang pekerja organisasi nonpemerintah mengabarkan. Temuan anjing dilanjutkan dengan pemindaian termal.

Citra termal menunjukkan dua tubuh. Satu tubuh kecil meringkuk di sebelah tubuh yang lebih besar. Alat penangkan bunyi juga mencatat siklus pernapasan 18 kali per menit. “Kecil kemungkinan orang tersebut masih hidup,” kata Bitar.

Ketegangan di area ledakan

Petugas pemadam kebakaran Beirut, Letnan Michel El-Mur mengumumkan, pencarian ditangguhkan sementara karena kekhawatiran tembok runtuh dan membahayakan nyawa tim penyelamat. Keputusan itu memicu protes ratusan orang di sekitar lokasi.

"Napas itu adalah napas terakhir kita. Ini harapan terakhir kita. Anda semua harusnya malu ... Kami telah di sini selama sebulan. Tidak bisakah kamu begadang untuk satu malam?," teriak pengunjuk rasa.

Ketegangan terus meningkat hingga tentara memberi tahu pengunjuk rasa bahwa tim dan peralatannya akan segera kembali ke lokasi. Beberapa orang mengatakan terdapat bau yang kuat dan busuk berasal dari bangunan yang hancur setelah ledakan.

Seorang wanita mengatakan dia berulang kali memberi tahu pihak berwenang tentang hal itu dan mendesak mereka untuk menggeledah area tersebut. "Dua minggu lalu kami melakukan protes di sini dan kami mencium bau anyir," kata Reine Abbas. "Jika mereka memeriksanya saat itu, maka mayat itu mungkin masih hidup hari ini. Tapi ini Libanon."

Ledakan di Beirut menewaskan 190 orang, melukai lebih dari enam ribu dan menyebabkan lebih dari 300 ribu jiwa mengungsi. Ledakan diketahui berasal dari hampir tiga ribu ton amonium nitrat yang telah disimpan di Pelabuhan Beirut selama enam tahun.

Amonium nitrat adalah bahan yang sangat mudah menguap yang digunakan dalam pupuk pertanian dan bahan peledak. Setelah ledakan, Beirut diguncang protes yang disertai aksi kekerasan selama berhari-hari.

Para demonstran menyerukan "balas dendam" terhadap politikus yang dianggap bertanggung jawab. Mereka menduduki beberapa kementerian pemerintah dan melemparkan batu serta pecahan kaca ke pasukan keamanan. Polisi menembakkan ratusan selongsong gas air mata serta peluru karet. Bahkan, dalam beberapa kasus, tembakan peluru tajam dilesatkan.