JAKARTA - Polisi masih menyelidiki aksi teror pelemparan tiga molotov rumah pengurus PDI Perjuangan (PDIP) Rosenfield Panjaitan di Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Rumah ini juga dijadikan markas Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP.
Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala menduga, motif aksi tersebut adalah politik. Apalagi sebentar lagi bakal ada pemilihan calon kepala daerah.
"Pasti politik. Menjelang pilkada, wajar kalau suhu politik meningkat," kata Adrianus kepada VOI, Rabu, 29 Juli.
Dia meminta penyidik mengusut tuntas orang-orang yang terlibat pada aksi teror itu. Sebab, besar kemungkinan para pelaku pelemparan molotov hanya eksekutor atau orang yang diperintah. Bukan otak dibalik aksi itu.
"Bisa iya (orang suruhan, red) atau bisa juga tidak," katanya.
BACA JUGA:
Dalam kesempatan ini dia menyarankan, penyidik teliti dalam mencari barang bukti untuk mengungkap kasus ini. Misalnya meneliti semua benda. Termasuk pecahan botol yang dijadikan molotov oleh pelaku.
Sebab, tidak menutup kemungkinan ada sidik jari dari pelaku pada botol tersebut. Sehingga, dapat mengidentifikasi pelaku dan orang-orang yang terlibat.
"Berangkat dari olah tempat kejadian perkara (TKP, red) saja," tandas Adrianus
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Saptono Erlangga mengatakan, dalam upaya pengungkapan penyidik sedang memeriksa beberapa kemera CCTV yang merekam aksi teror tersebut.
Nantinya, rekaman CCTV itu akan menjadi petunjuk untuk mengetaui identitas pelaku pelemparan tiga molotov. "Dicek CCTV dan kita masih cari CCTV pembanding dari sisi lain (letak kamera)," katanya.
Adapun teror pelemparan molotov ini terjadi sekitar pukul 02.37 WIB, Selasa 28 Juli. Tiga molotov dileparkan ke kaca depan rumah, teras dekat pintu garasi dan mengenai bagian belakang mobil warna merah yang terparkir.
Pelemparan molotov ini baru diketahui pemilik rumah, Rosenfield sekitar pukul 06.15 WIB. Akibat pelemparan, tampak tanda bekas hangus dekat pintu rumah. Lokasi kejadian pun dipasang garis polisi.