JAKARTA - Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia menyebutkan, ada sekitar 80 persen hotel di Indonesia telah kembali beroperasi pada Juli 2020. Hal tersebut seiring dengan fase adaptasi kenormalan baru yang dicanangkan pemerintah.
Jumlah unit hotel menurut PHRI saat ini adalah sekitar 2000-1n. Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan, beroperasinya 80 persen hotel merupakan upaya tes pasar setelah sejak April 2020 harus berhenti beroperasi akibat pandemi COVID-19.
"Meski permintaan masih rendah, namun pembukaan di Juli itu adalah untuk tes pasar. Memang sebenarnya ada dilema juga, karena kalau permintaan rendah juga hitungannya tetap rugi," katanya dalam webinar, Selasa 28 Juli.
Okupansi hotel sejak pembukaan kembali masih di bawah 20 persen. Menurut Hariyadi, untuk mencapat titik impas atau break event point (BEP), setidaknya okupansi hotel harus mencapai 30 persen.
Meski pemulihan akan berlangsung perlahan, Hariyadi tetap optimistis prospek bisnis hotel masih menjanjikan di masa mendatang. Hariyadi melihat adanya kenaikan pergerakan manusia setelah pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Meski demikian, Hariyadi menegaskan, tetap ada yang dikhawatirkan para pelaku bisnis hotel. Menurutnya, sejumlah daerah masih memiliki kekhawatiran adanya penutupan kembali ketika angka infeksi COVID-19 melonjak.
"Nah pertanyaanya, Pemda siap enggak untuk menjaga momentum," ujarnya.
Selama enam bulan belakangan, Hariyadi mengungkapkan, sektor perhotelan kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp40 triliun, karena lebih dari 2.000 unit hotel ditutup. Sementara di sektor restoran juga mengalami hal kurang lebih sama.
BACA JUGA:
"Potensi pendapatan yang hilang mencapai Rp45 triliun dengan 8.000 unit restoran tutup," jelas Hariyadi.
Dia menambahkan potensi devisa yang hilang dari sektor pariwisata selama semester I 2020 adalah sebesar 6 miliar dolar AS. Usaha tour operator juga merugi sebesar Rp4 triliun serta maskapai penerbangan kehilangan 812 juta dolar AS.
Pada Mei 2020, dia mencatat hanya ada 90.000 perjalanan domestik atau turun 98,34 persen. Sementara perjalanan internasional hanya 10.000 saja atau anjlok 99,18 persen.
Rata-rata tingkat hunian perhotelan hingga pertengahan Juli 2020 di Jakarta hanya 20 persen, Semarang dan Malang 15 persen, Yogyakarta 10 persen, Medan 10 persen, serta Makassar 8 persen. Lebih tragis, Bali yang dikenal sebagai destinasi pariwisata, hanya memiliki okupansi sebesar 1 persen.
Berdasarkan data Kadin pada 19 Mei 2020, sektor restoran menyumbang angka pengangguran sebanyak 430.000 orang, hotel sebesar 1 juta orang, serta transportasi sebesar 1,4 juta orang. Kemudian sektor turunan dari hotel dan restoran seperti tekstil sebanyak 2,1 juta orang, alas kaki 500.000 orang dan ritel sebanyak 400.000 orang.