Begitu Banyak Kekerasan dan Pelecehan Dialami Atlet Jepang hingga Mereka Tak Dapat Menghitungnya
Ilustrasi foto (Eugene Lim/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Laporan Human Rights Watch (HRW) berjudul I Was Hit So Many Times I Can’t Count mengungkap fakta gelap tentang dunia olahraga di Jepang. Atlet-atlet Jepang, terutama anak, konon kerap menderita kekerasan fisik dan verbal. Bahkan, sejumlah temuan menyebut rawannya pelecehan seksual di dalam aktivitas latihan.

HRW mendapati fakta itu setelah mendokumentasikan pengalaman lebih dari 800 atlet dari 50 cabang olahraga. Melansir Reuters, Selasa, 21 Juli, laporan setebal 67 halaman itu dirilis pada Senin, 20 Juli.

Laporan tersebut melihat sejarah hukuman fisik Jepang dalam olahraga, termasuk pengakuan pertama dari para atlet. "Partisipasi dalam olahraga harus memberi anak-anak kegembiraan bermain dan kesempatan untuk perkembangan dan pertumbuhan fisik dan mental," kata pembuka laporan tersebut.

"Namun, di Jepang, kekerasan dan pelecehan terlalu sering menjadi bagian dari pengalaman atlet anak. Akibatnya, olahraga menjadi penyebab rasa sakit, ketakutan, dan kesedihan bagi terlalu banyak anak-anak Jepang."

Laporan itu datang bersamaan dimulainya Olimpiade Tokyo --jika tidak ada pandemi COVID-19. Olimpiade sendiri diputuskan untuk ditunda selama setahun.

“Pelanggaran khusus yang kami dokumentasikan, termasuk meninju, menampar, menendang atau menyerang dengan benda, dan memberi makanan dan minum yang berlebihan atau tidak mencukupi,” kata Minky Worden, Direktur Inisiatif Global di HRW, mengatakan dalam konferensi pers.

Sebelumnya, April 2013, Asosiasi Olahraga Jepang, Asosiasi Olahraga Jepang untuk Penyandang Cacat, Federasi Atletik Sekolah Menengah Atas Seluruh Jepang, Asosiasi Budaya, dan Komite Olimpiade, mengeluarkan Deklarasi bersama yang disebut "Penghapusan Kekerasan dalam Olahraga".

Dalam deklarasi itu, lima organisasi menegaskan kembali "makna dan nilai-nilai olahraga pada saat masyarakat berjuang dengan masalah kekerasan dalam olahraga." Deklarasi tersebut sekaligus menyatakan "mewakili tekad untuk menghilangkan kekerasan dalam olahraga di Jepang."

"Kekerasan dan pelecehan sayangnya adalah bagian dari masyarakat dan juga terjadi dalam olahraga," kata pihak Komite Olimpiade Internasional (IOC) ... IOC berdiri bersama dengan semua atlet, di mana saja, untuk menyatakan bahwa pelecehan dalam bentuk apa pun bertentangan dengan nilai-nilai Olimpiade, yang menyerukan penghargaan kepada semua orang dalam olahraga.

"Semua anggota masyarakat memiliki hak yang sama untuk menghormati dan bermartabat, sama seperti semua atlet memiliki hak untuk lingkungan olahraga yang aman - lingkungan yang adil, adil dan bebas dari segala bentuk pelecehan dan penyalahgunaan."

Selain deklarasi tersebut, otoritas terkait juga memotong dana untuk federasi judo selama beberapa waktu saat itu. Hal itu dilakukan setelah seorang pelatih terbukti melakukan pelecehan fisik terhadap atlet wanita.

Meski demikian, HRW mengatakan upaya menghilangkan kekerasan olahraga di Jepang masih belum cukup. HRW menuntut organisasi seperti Dewan Olahraga Jepang agar Olimpiade mendatang dijadikan katalisator untuk perubahan.

Minky Worden juga mencatat pelecehan anak dalam olahraga adalah masalah global. Parahnya lagi, sistem untuk melaporkan kasus pelecehan buram, tidak responsif, dan tidak memadai. "Human Rights Watch menyerukan Jepang untuk mengambil tindakan tegas dan memimpin dalam mengatasi krisis global ini," tutup Worden.

Terkait