Emrus Sihombing: Kader Tersangkut Korupsi Tak Pengaruhi Elektabilitas Partai

JAKARTA – Citra sebuah partai politik disebut-sebut terganggu jika seorang kadernya terlibat dan ditetapkan dalam kasus korupsi. Misalnya Partai Golkar yang salah satu kadernya Azis Syamsuddin, Jumat, 24 September  sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Wakil Ketua DPR RI ini dijemput paksa di rumahnya dan langsung digelandang ke kantor KPK. Tak lama kemudian, Azis terlihat sudah mengenakan rompi kuning dengan tangan diborgol, pertanda sudah resmi ditahan oleh KPK.

Namun pemandangan ini menurut Dr. Emrus Sihombing, pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan adalah sesuatu yang sudah biasa. Bahkan menurutnya tidak akan mempengaruhi citra dan tingkat keterpilihan Golkar di mata publik.

“Saya bisa pertanggungjawabkan pernyataan ini secara akademik. Tunjukkan partai mana di republik ini, partai mana yang kadernya  belum pernah korupsi atau terlibat kasus korupsi?” kata Emrus kepada voi.id.

Artinya, menurut Emrus, karena di semua partai terdapat kader-kader yang tersangkut korupsi, maka efek perilaku korupsi tidak ada, karena hampir merata di seluruh partai.  

“Kalau semua partai ada kadernya pernah tersangkut korupsi, berarti faktor variable kader tersangkut korupsi, tidak mempengaruhi lagi. Kalau semua partai ada kadernya yang pernah tersangkut korupsi, maka variable itu menjadi netral,” ucap dosen tetap Pascasarjana Universitas Pelita Harapan ini.

Menurut Emrus, faktor koruptif tidak berpengaruh lagi terhadap parpol. “Kalau di semua partai ada kadernya yang pernah tersangkut korupsi, maka  pengaruh kader yang korupsi, tidak mempengaruhi lagi elektabilitas  partai atau elektabilitas calon dari partai itu. Karena semua partai mengalami hal yang sama” ungkap Emrus.

Dalam Pilpres 2024 mendatang, calon presiden dan wakil presiden, akan diusung oleh parpol. Memang memungkinkan capres dan cawapres diusung oleh independen, tapi kemungkinan ini sangat kecil.