BANJARNEGARA - Puluhan tahun lalu, sungai Serayu yang mengaliri sejumlah kabupaten di Jawa Tengah hanya dimanfaatkan untuk kegiatan mandi dan mencuci. Kini, sungai sepanjang 181 kilometer tersebut punya daya tarik wisata tersendiri, jadi wahana arung jeram atau rafting.
Salah satu pionirnya adalah Bannyu Woong, yang memanfaatkan aliran sunga ini untuk rafting. Wahana rafting ini terletak di Desa Kutayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Ada dua paket rafting yang ditawarkan berdasarkan durasi dan jarak permainan. Pengelola mematok tarif Rp175 ribu untuk durasi 1,5 jam dengan lintasan sungai sepanjang 7 kilometer. Bagi yang ingin rafting lebih lama lagi ada pilihan permainan berdurasi 3 jam dengan panjang 14 kilometer seharga Rp220 ribu.
Paket tarif yang dipatok ini sudah termasuk fasilitas makan, air mineral, kudapan, perlengkapan arung jeram, pemandu, serta asuransi keselamatan.
Tim VOI mencoba permainan dengan durasi 1,5 jam. Paket ini bisa jadi pilihan bagi pengunjung pemula dan tidak ingin menghabiskan banyak tenaga.
Pertama, pemandu wahana meminta kami untuk mengenakan helm dan pelampung sebagai alat pelindung. Lalu, setiap wisatawan diberikan satu dayung untuk menyeimbangkan serta menambah kecepatan laju perahu. Pemandu menyarankan kami untuk tidak membawa ponsel serta dompet saat bermain.
Setelah mendapat arahan mengenai tata cara dan prosedur permainan, kami langsung menuju titik awal perjalanan rafting dan menaiki perahu. Maksimal, satu perahu karet diisi lima orang, serta satu pemandu.
Kami mulai menyusuri aliran sungai bersama seorang pemandu bernama Rian. Rian memberi instruksi untuk duduk di tepi perahu karet. Hal ini untuk memudahkan keseimbangan tubuh.
Mulanya, kami mendayung di aliran sungai yang tenang. Beberapa saat, perahu kami beradu dengan batu di tengah sungai. Rian memberi aba-aba.
"Dayung disetop dulu. Sekarang pegang tali yang ada di pinggir perahu karena kita akan menabrak batu," tutur Rian di lokasi.
Saat konsentrasi dengan pegangan tali, kami merasa suara aliran sungai terdengar lebih keras. Tabrakan dengan batu membuat perahu kami berputar. Rian mengarahkan kami mendayung untuk memutar perahu kembali.
Tantangan tak berhenti di situ. Rian kemudian memberi instruksi kode "boom". Artinya, perahu akan menghadapi aliran sungai yang curam.
Kami diminta untuk berhenti mendayung, masuk ke tengah perahu, dan mengangkat dayung pada posisi tegak agar dayung tak mengenai rekan satu perahu ketika goncangan tiba. Di kondisi ini, pakaian kami sudah tidak bisa lagi menghindari percikan air.
Dalam perjalanan ini, Rian bercerita bahwa saat penghujung musim kemarau, Sungai Serayu sedang asyik-asyiknya untuk bermain rafting. Air tidak dangkal dan tidak terlalu dalam.
"Sungai Serayu hari ini cocok untuk rafting karena debit air tidak terlalu deras namun masih tantangannya masih berasa," jelas Rian.
Sungai Serayu pernah menjadi lokasi perlombaan rafting berskala daerah, nasional, hingga internasional. Kata Rian, lokasi ini kerap menjadi tempat latihan atlet olimpiade.
"Kebanyakan atlet rafting itu berasal dari Banjarnegara, lho. Guide (pemandu) di sini juga ada yang menjadi atlet," ujar dia.
Ketika kembali memasuki aliran sungai yang tenang, seorang pemandu dari perahu lain mendorong salah satu orang di perahu kami hingga tercebur sungai. Sebagian orang tertawa, sebagian lagi menunjukkan raut muka heran.
"Itu cuma iseng," sahut Rian. Kata dia, pemandu ingin membuktikan bahwa ada titik-titik sungai yang bisa digunakan untuk berenang. Terlebih, pengunjung sudah dibekali dengan alat penunjang keselamatan.
Perjalanan menyusuri Sungai Serayu selesai. Kami naik ke daratan dengan pakaian yang basah kuyup. Jamuan air kelapa muda dari pengelola mengobati dahaga wisatawan seusai rafting. Tak lupa dengan sajian hangat tempe mendoan, makanan khas Banjarnegara.