JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani resmi menutup Konferensi Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) ke-19 di Jakarta. Dalam pidato penutupannya, Puan Maharani menyerukan pentingnya persatuan negara-negara Muslim untuk menghadapi krisis global yang kian kompleks, mulai dari konflik bersenjata, ketimpangan ekonomi, hingga ketidakadilan terhadap perempuan dan anak.
“PUIC harus bangkit melampaui resolusi. Bukan sekadar forum diplomasi, tetapi menjadi penggerak perubahan. Kita harus menjadi katalisator atas tantangan nyata,” ujar Puan di Ruang Paripurna Gedung Nusantara, Kamis (15/5/2025).
Konferensi ini sekaligus menandai 25 tahun berdirinya PUIC. Sebagai tuan rumah, Indonesia mengajak negara-negara anggota untuk memperkuat kerja sama konkret, khususnya dalam isu Palestina yang mendapat perhatian luas dalam forum ini.
“Apa yang terjadi di Gaza bukan sekadar bencana kemanusiaan, tapi krisis moral. Indonesia mendukung penuh kemerdekaan dan perdamaian bagi Palestina,” tegas Puan.
BACA JUGA:
Selama empat hari, PUIC membahas berbagai isu strategis melalui enam komite tetap: Perempuan dan Pemuda, Palestina, Minoritas Muslim, Pembangunan Berkelanjutan, Urusan Politik, serta Kebudayaan. Tema besar konferensi, Good Governance and Strong Institutions as Pillars of Resilience, dinilai Puan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang menjunjung tata kelola inklusif dan akuntabel.
Selain itu, kerja sama ekonomi juga menjadi sorotan. Puan Maharani menekankan pentingnya memperkuat jaringan perdagangan halal, keuangan inklusif, dan pemberdayaan umat. “Soft power dunia Islam harus diperkuat melalui pendidikan, peran anak muda, dan kepemimpinan perempuan,” ujarnya.
Deklarasi Jakarta yang dihasilkan dalam konferensi ini disebut Puan sebagai komitmen kolektif untuk memperjuangkan keadilan global, memperkuat institusi, dan menolak kekerasan atas nama agama.
“Ini bukan sekadar forum diplomatik. Ini adalah tonggak sejarah,” ucapnya.
Sebagai Presiden PUIC ke-19, Puan Maharani menegaskan Indonesia siap mengawal implementasi deklarasi tersebut, termasuk menyuarakan isu Islamofobia, nasib minoritas Muslim, dan perlindungan warga sipil dalam konflik.
“Kita harus lebih aktif menciptakan perdamaian, tapi syaratnya dunia Islam harus bersatu dan tidak terpecah,” katanya.
PUIC ke-19 dihadiri delegasi dari 37 negara anggota OKI dan sejumlah observer. Meski konferensi usai, Indonesia tetap memegang keketuaan PUIC selama setahun ke depan.
“Ini kebanggaan bagi Indonesia. Untuk pertama kalinya, PUIC dipimpin oleh perempuan,” tutur Puan.
Ia menutup pidatonya dengan ajakan kepada seluruh parlemen anggota untuk membawa semangat Deklarasi Jakarta ke ruang-ruang sidang masing-masing.